Wapres: Pengembangan Ekonomi Syariah Bakal Kurangi Kemiskinan

Pemerintah telah mengeluarkan standar pengelolaan hotel berbasis syariah, dan kini sedang mengerjakan standar syariah untuk restoran.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Jun 2014, 11:22 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2014, 11:22 WIB
Boediono
Boediono (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi syariah di beberapa negara Islam di dunia dinilai semakin membuktikan kontribusinya dalam peningkatan ekonomi bagi negaranya masing-masing.

Wakil Presiden RI, Boediono menilai, perkembangan ekonomi syariah ini diyakininya telah membantu mengurangi tingkat kemiskinan di setiap negara. Hal itu didukung dari sektor pariwisata.

"Fakta menunjukkan salah satunya dari sektor pariwisata Islam dan pendukungnya kontribusi pembangunan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di negara OKI," kata Wakil Presiden di Hotel Borobudur, Senin (2/5/2014).

OKI adalah sebuah wadah kerjasama dari negara-negara Islam yang memiliki anggota sebanyak 57 negara dan berkantor pusat di Arab Saudi.

Sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia, Boediono berharap Indonesia untuk terus meningkatkan konektivitas dan kerja sama, dengan beberapa negara OKI lainnya.

"Indoensia siap berbagai pengalamam dan terbuka untuk menjajaki kerjasama dengan anggota OKI di bidang pengembangan pasar syariah," tegasnya.

Sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap peningkatan ekonomi syariah, Boediono mengaku telah melakukan berbagai kegiatan di antaranya pencanangan Gerakan Ekonomi Syariah (Gress) tahun 2013.

Selain itu, melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu menjelaskan pemerintah juga telah mengeluarkan standar pengelolaan hotel berbasis syariah.

"Kami sudah keluarkan standar untuk hotel, sekarang yang hampir rampung itu untuk biro perjalanan islamik. Lalu kami sedang kerjakan untuk standar untuk restoran dan spa," kata Mari Elka.

Dicatat dari data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dari laporan tahun 2013 kedatangan wisatawan internasional ke negara anggota OKI sebesar 151,6 juta atau setara 15,2% dari total kedatangan internasional seluruh dunia. Dari total kedatangan tersbut memiliki nilai US$ 135,5 miliar. (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya