Liputan6.com, Jakarta - Para penambak udang di Lampung mengaku, sejak hengkangnya PT Aruna Wijaya Sakti/Charoen Phokpand (CPP) perekonomian mereka semakin membaik.
Wakil Ketua Perhimpunan Petambak Plasma Udang Windu (P3UW) Thowilun mengatakan luas tambak yang menjadi hak milik para penambak saat ini seluas 4.500 hektar. Di mana setiap penambak yanng memiliki lahan rata-rata seluas 4.000 meter bisa menghasilkan 1,3 sampai 3 ton udang.
"Sekarang ekonomi kerakyatan sejahtera. Harga lumayan bagus dibanding saat dipegang CPP. Sekarang lebih menggeliat," kata dia saat menggelar aksi di depan kantor pusat Bank Rakyat Indonesia (BRI) Jakarta, Senin (16/6/2014).
Thowilun menuturkan biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap petak sekitar Rp 40 juta sampai Rp 45 juta untuk produksi meliputi pembelian pakan dan bahan bakar minyak (BBM).
Jika harga udang membaik, pihaknya bisa merogoh keuntungan sebanyak 100% dari biaya produksi atau sekitar Rp 90 juta.
Berbeda halnya ketika saat bekerjasama dengan pihak CPP. Pihaknya mengaku sering mengalami kerugian. "Produksi bisa sampai 3,5 ton tapi minus Rp 9 juta. Nggak tahu. Itu versi perusahaan kita minus," kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Jumadi juga menuturkan hal yang sama. Ia mengatakan, luas lahan yang dimiliki sekitar 4000 meter mampu memperoleh keuntungan sekitar Rp 10 juta sampai Rp 50 juta. "Soalnya modalnya saling bantu, saya punya ya saya kasih," tukas dia.
Namun demikian, seperti diketahui para penambak tersebut saat ini sedang mengalami sengketa hutang dengan pihak bank yang membebani mereka sebesar Rp 26,8 miliar.
Para penambak mendesak bank pemberi fasilitas kepada Aruna Wijaya Sakti segera menyesaikan sengketa tersebut. "Sertifikat atas nama petambak, sekarang di bank BNI dan BRI," ujar Thowilun. (Adm/Nrm)
Advertisement