Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan pemerintah menaikan tarif listrik untuk golongan industri mendapat banyak penolakan dari pengusaha. Kenaikan yang ditujukan untuk mengurangi beban subsidi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ini dinilai tidak tepat karena diarahkan pada sektor yang produktif dan banyak menyerap lapangan kerja.
Sesuai keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tarif listrik untuk golongan industri naik secara berkala berdasarkan tiga parameter yaitu kurs rupiah, harga minyak dan inflasi.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Handaka Santoso mengatakan, ketiga parameter tersebut tidak tepat jika dijadikan dasar dari kenaikan tarif listrik.
"Inflasi dikaitkan dengan kenaikan listrik ya tidak masuk akal. Jadi kalau kenaikan listrik salah satunya karena inflasi, sedangkan jika listrik naik, maka harga barang juga ikut naik. Ini seperti lingkaran setan," ujarnya kepada Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Minggu (22/6/2014).
Menurut Handaka, sebenarnya para pengusaha yang bernaung di bawah APPBI tidak mempermasalahkan kenaikan listrik tersebut karena tarif listrik ini dibayar oleh penyewa toko yang berada di dalam pusat belanja.
Namun yang dia sayangkan adalah kenaikan tarif listrik ini akan semakin memberatkan pengusaha setingkat Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berada di dalam pusat belanja dan seharusnya mendapatkan dukungan dari pemerintah.
"Di pusat belanja seperti ITC, disana banyak UKMÂ tapi bayar listriknya golongan B3. Padahal di sana banyak UKM yang baru mulai belajar mendaftarkan mereknya, belajar packaging. Dengan kenaikan ini apa dia bisa bertahan. Karena komponen listrik dalam pusat belanja itu 50%. Kalau (tarif listrik) naik 13%, setengahnya saja sudah 6,5%," jelas dia.
Selain itu, dia juga menolak jika pusat belanja dianggap sebagai sumber pemborosan listrik karena banyak penggunakan lampu dan pendingin ruangan. Hal ini karena pusat belanja juga merupakan salah satu penggerak roda ekonomi dimana di dalamnya terjadi kegiatan jual beli dan juga banyak menyerap tenaga kerja.
"Pusat belanja tidak bisa dikonotasikan sebagain industri yang memboroskan listrik. Dan pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan tumbuh dari ekspor atau sebagainya, tetapi karena konsumsi dalam negeri," tandas dia. (Dny/Gdn)
Kenaikan Tarif Listrik dan Inflasi Seperti Lingkaran Setan
APPBI tidak mempermasalahkan kenaikan listrik tersebut karena tarif listrik ini dibayar oleh penyewa toko.
diperbarui 22 Jun 2014, 18:41 WIBDiterbitkan 22 Jun 2014, 18:41 WIB
Citizen6, Jakarta: Gedung-gedung bertingkat di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. Tidak ada lagi ruang terbuka hijau, bahkan penambahan ruas jalan tidak bisa lagi, sehingga sering terjadi kemacetan. (Pengirim: Sunyoto)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Menkum Bandingkan Denda Damai Kejagung dengan Prabowo Akan Maafkan Koruptor
Penghasil Terbesar, Negara Ini Justru Larang Bawa Durian di Transportasi Umum
Sepanjang Tahun, MilkLife Soccer Challenge 2024 Sukses Tumbuhkan Minat Siswi MI dan SD Rangkai Mimpi jadi Bintang Sepak Bola Masa Depan
Terlambat Sholat Subuh, Masih Bolehkah Lakukan 2 Rakaat Qobliyah? UAS Menjawab
BI Periksa Uang Terkelupas yang Bikin Resah Warga Sulsel, Ternyata Asli
Detik-Detik Sambaran Petir Tewaskan 2 Petani, Satu Berteduh di Gubuk Lainnya di Pematang Sawah
Polri Siapkan Strategi Amankan Libur Nataru hingga Mitigasi Potensi Rawan Kemacetan
Film Sorop Resmi Tayang di Bioskop, Berikut Sinopsis dan Fakta Menariknya
Kutub Magnet Bumi akan Berubah pada 2040, Ini Dampaknya bagi Manusia
Sudah Tobat dari Perbuatan Dosa, Apakah Masih Kena Azab? Simak Kata Ustadz Khalid Basalamah
Wamen ESDM Jamin Ketersediaan Energi di Sumut Aman Saat Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
Satu Pelaku Penyerangan Pelajar di Bandar Lampung hingga Tewas Menyerahkan Diri ke Polisi