Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri nasional saat ini masih berat untuk bisa ikuta melaksanakan perjanjian kerjasama ekonomi regional (Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement/RCEP).
Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kemenperin Agus Tjhajana mengatakan, hal itu karena industri nasional masih sulit bersaing dengan industri negara maju.
"Kita tegas secara seksama, kelihatan sektor industri berat, karena banyak negara maju di dalamnya ada Jepang, China," kata Agus di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (11/7/2014).
Agus menambahkan, hal tersebut membuat sektor industri ragu untuk melaksanakan RCEP. Saat ini pun industri sedang menimbang berbagai konsekuensi atas kerjasama tersebut.
"Tapi kalau mundur bagaimana konsekuensinya, kalau maju terus gimana, kita harus melihat apa yang kita dorong, kita mana yang dipertahankan. Kalau maju kita perlihatakan kemampuan kita seperti apa," ungkap dia.
Menurut dia, saat ini struktur industri Indonesia lebih bertumpu pada bahan baku yang berasal dari impor. Sementara sebagai negara maju harus membuat barang modal sendiri.
"Kita lihat keadaan kita impor kita barang modal, komponen. Pertanyaannya apakah mau impor terus?," tutur dia.
Ia mengungkapkan, hal tersebut belum sesuai dengan keinginan menjadi negara berpenghasilan kelas menengah. Pasalnya, negara dengan penghasilan kelas menengah tidak mengandalkan sumber daya alam untuk mendorong pendapatannya, tetapi industri
"Negara ingin berpehasilan menengah tidak mungkin bersandar pada SDA, harus bergantung pada value added. Untuk mencapai pendapatan US$ 15 ribu industri harus mencapai, bisa mengangkat PDB, industri permesinan kayak kapal, mobil. Kalau ini tidak terjadi kita impor aja terus. Sekarang kontennya harus dinaikan," pungkas dia. (Pew/Nrm)
Industri RI Belum Siap Ikut Kerjasama Ekonomi Regional
Industri nasional masih sulit bersaing dengan industri negara maju.
diperbarui 11 Jul 2014, 15:57 WIBDiterbitkan 11 Jul 2014, 15:57 WIB
Kenaikan listrik ini dipastikan akan menambah ongkos produksi sejumlah industri rumahan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Apa Itu Thalasemia: Memahami Penyakit Kelainan Darah Genetik
Gaya Santai Shin Tae-yong Main Golf Usai Dipecat Sebagai Pelatih Timnas Indonesia
4 Kisah Ajaib yang Pernah Dialami Nabi, Tiang Masjid Menangis hingga Pohon Berjalan
VIDEO: Camat Asemrowo Surabaya Klarifikasi Usai Dituding Sembunyikan Wanita di Kantor
Kepribadian Introvert dan Ekstrovert: Memahami Perbedaan dan Karakteristiknya
Denny Landzaat Sapa Suporter Timnas Indonesia: Selamat Malam, Apa Kabar, Terima Kasih
KPK Periksa Mantan Penyidik, Ingin dapat Gambaran soal Dugaan Perintangan Penyidikan Hasto
Apa Itu Varikokel: Penyebab, Gejala, dan Penanganan
Momen Pelatih Baru Timnas Indonesia, Patrick Kluivert Tiba di Bandara Soetta
PM Ishiba Pastikan Jepang Ikut Kembangkan PLTP Muara Laboh
Cocok untuk 'Healing', Berikut Rekomendasi Tempat Camping di Sumbar
Syukuran Penetapan Warisan Budaya Takbenda , 40 Grup Reog Geruduk Kantor Kemenko Perekonomian