Kesenjangan Kelompok Kaya dan Miskin di Indonesia Semakin Lebar

Indonesia seharusnya dapat menghambat peningkatan ketimpangan, termasuk dengan kebijakan yang saling mengguntungkan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Jul 2014, 15:47 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2014, 15:47 WIB
Ilustrasi Bank Dunia (2)
Ilustrasi Bank Dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia menyatakan dengan adanya perlambatan laju pengentasan kemiskinan, serta pesatnya peningkatan kekayaan membuat kesenjangan antara kelompok kaya dan kelompok miskin di Indonesia semakin melebar.

Laporan Ekonomi Bank Dunia edisi Juli 2014 mengungkapkan bahwa Indonesia telah mencatat kemajuan yang signifkan dalam pengentasan kemiskinan. Namun kemajuan tersebut terjadi  dalam beberapa dekade lalu.

Pada 2002, rata-rata konsumsi per orang dari 10 persen rumah tangga paling kaya adalah 6,6 kali lipat dibanding 10 persen rumah tangga yang paling miskin.

"Pada 2013,  perbandingan ini telah meningkat menjadi 10,3 kali," kata Ekonom Utama Bank Dunia Untuk Indonesia Ndiame Diop, dalam acara Laporan Bank Dunia, di Jakarta, Senin (21/7/2014).

Menurutnya, hal ini cukup mengkhawatirkan. Pertama karena peningkatan ketimpangan mencerminkan keterbatasan akses terhadap kesempatan kerja yang tidak baik, dan karenanya membatasi pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan yang tengah berlangsung.

Kedua, hal ini meningkatkan keprihatinan akan kesetaraan, karena seluruh penduduk Indonesia seharusnya memiliki akses terhadap kersempatan yang sama.

Ketiga, peningkatan ketimpangan dapat membawa risiko bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial pada masa depan.

Melalui tindakan terpadu, Indonesia seharusnya dapat menghambat peningkatan ketimpangan, termasuk dengan kebijakan yang saling mengguntungkan,  yang tidak hanya memberantas ketimpangan namun juga mendukung upaya pengentasan kemiskinan.

"Perluasan akses ke pendidikan yang berkualitas dan mobilitas pasar tenaga kerja akan mampu meningkatkan pendapatan keluarga yang miskin dan rentan, serta membantu ketidak setaraan," pungkasnya. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya