Liputan6.com, Jakarta - PT Medco E&P Indonesia (MedcoEnergi) mengklarifikasi pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan terkait krisis listrik di Tarakan. Mantan Direktur Utama PT PLN (Persero) pernah menyatakan salah satu penyebab krisis listrik tersebut karena tersendatnya pasokan gas dari Medco ke PLN akibat kerusakan kompresor.
Senior Manager of Relations MedcoEnergi, Teguh Imanto membantah jika alat kompresor tersebut rusak. Pihaknya justru mengklaim, kompresor dan pipa penyalur gas sampai saat ini dalam kondisi baik.
"Keduanya berjalan dengan handal sehingga pipa dan kompresor itu dapat terus digunakan baik oleh MedcoEnergi dan Pertamina untuk mengalirkan gas ke pembangkit listrik PLN dan Perusda (gas kota)," ucap dia dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (10/8/2014).
Teguh menyebut, perseroan secara rutin melakukan pengecekan terhadap kompresor maupun pipa penyalur gas guna memastikan pasokan tetap tersedia memenuhi kebutuhan PLN Tarakan. "Supaya PLN Tarakan juga bisa memasok listrik ke masyarakat di Tarakan secara berkesinambungan," ujar Teguh.
Lebih jauh dia mengatakan, MedcoEnergi dan Pertamina bakal terus memasok gas dengan total sebesar 6 MMSCFD ke PLN Tarakan. Terdiri dari 5 MMSCFD dari Pertamina dan 1 MMSCFD dari MedcoEnergi.
"Pada kenyataannya, saat ini pasokan gas dari MedcoEnergi selalu tersedia dan siap untuk dikirim ke PLN Tarakan sesuai dengan kesepakatan," jelas Teguh.
MedcoEnergi sudah memasok kebutuhan gas bagi PLN Tarakan sejak 2002-2015 sesuai dengan Perjanjian Jual Beli Gas yang telah diperbaharui pada 2010 (kontrak awal dari 2002-2012).
Seperti diberitakan sebelumnya, Dahlan mengaku menerima banyak pengaduan dari masyarakat sekitar terutama soal listrik di Nunukan, Tarakan dan Samarinda.
Khusus krisis listrik di Tarakan, dari hasil penelusurannya, diketahui penyebab distribusi listrik ke wilayah itu tidak optimal ada dua hal. Pertama soal aliran gas dari Medco E&P dan Pertamina dari wilayah Sulawesi tidak seperti diharapkan.
"Gas dari Medco hanya terkirim 6 mmcfd. Mengapa? Karena salah satu dari dua compressornya rusak. Kok rusak? Kok rusaknya lama? Kok seperti tidak ada yang urus? Saya pun hubungi Dirut Pertamina, Karen Agustiawan untuk segera memperbaiki itu," tegas Dahlan.
Persoalan kedua ialah gas yang dijanjikan PT MKI belum bisa mengalir. Pasokan gas ini dijelaskan Dahlan seharusnya pada Juni tahun lalu sudah beres.
Melihat kejanggalan itu, Dahlan langsung menghubungi Direktur Utama PT PGN Hendi Prio Santoso mengingat kontraktor sumur yang digarap PT MKI adalah Pegasol yang juga anak usaha PT PGN.
"Hendy, minta tolong, tarakan krisis listrik. Mestinya dapat gas 7 mm dari MKI sejak tahun lalu, tapi sampai sekarang belum dapat. Kabarnya kontraktor sumur gasnya, Pegasol belum menyelesaikan pekerjaannya. Tolong ya," tulis Dahlan salam pesan singkatnya kepada Hendi.
Dahlan menambahkan untuk saat ini masyarakat di wilayah-wilayah tersebut diminta untuk bersabar sambil menunggu proses penyelesaian beberapa permasalahan itu. "Semuanya kini lagi kerja menyelesaikan semua itu. Saya benar-benar tersiksa oleh kondisi Tarakan dan Nunukan itu," pungkasnya. (Fik/Ahm)