Liputan6.com, Jakarta - Pengamat energi meminta agar masyarakat tidak menyalahkan PT Pertamina (Persero) dalam kasus kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi saat ini. Kelangkaan tersebut merupakan dampak yang terhindar dari penghematan untuk menjaga konsumsi BBM subsidi di level 46 juta kiloliter (kl).
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menjelaskan, banyak masyarakat yang menganggap bahwa kelangkaan BBM subsidi yang terjadi saat ini disebabkan oleh PT Pertamina (Persero) karena tak mau menjual premium dan solar. Padahal dalam hal ini Pertamina hanyalah sebagai operator.
"Sebenarnya Pertamina tidak salah karena pertamina hanya sebagai operator di lapangan, jangan seolah-olah salahkan Pertamina, mereka kan diberikan mandat 46 juta kl bisa cukup sampai akhir tahun, lalu mereka ambil langkah apa saja agar pasokannya aman hingga akhir tahun, termasuk ini," katanya saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (25/8/2014).
Mamit menambahkan dengan pola hidup masyarakat Indonesia, dirinya menilai kuota konsumsi yang ideal adalah di angka 48 juta kl bukan 46 juta kl.
Untuk itu, dirinya mengusulkan kepada pemerintah untuk tahun 2015 kuota konsumsi BBM subsidi untuk tetap berada di angka 48 juta kl sesuai dengan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015.
"Alangkah baiknya kembali ke 48 juta kl lagi sehingga masyarakat kita paling tidak, tidak ada kelangkaan dimana-mana," tegasnya.
Lebih lanjut, pembatasan BBM Subsidi seperti apa yang dilakukan saat ini dinilai lebih menimbulkan kepanikan di masyarakat yang berkelanjutan.
Hal yang lebih ideal daripada pembatasan BBM subsidi adalah dengan menaikkan harga BBM bersubsidi. Mamit menilai kenaikan tahap pertama yang paling ideal antara Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per liternya.
"Mau tidak mau yang namanya BBM itu kan energi, berapapun harganya pasti masyarakat akan membeli karena mereka butuh," pungkasnya.
Mulai 18 Agustus 2014, Pertamina telah melakukan pemangkasan jatah harian BBM subsidi di setiap SPBU dari 5 persen hingga 15 persen sebagai dampak pengurangan kuota BBM subsidi 2014.
Pertamina mendorong agar orang-orang mampu membeli BBM non subsidi seperti Pertamax, agar tak terjadi antrean kendaraan. (Yas/Gdn)
*Bagi Anda yang ingin mengikuti simulasi tes CPNS dengan sistem CAT online, Anda bisa mengaksesnya di Liputan6.com melalui simulasicat.liputan6.com. Selamat mencoba!
Jangan Salahkan Pertamina Soal Kelangkaan BBM
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai kuota konsumsi yang ideal adalah di angka 48 juta kl bukan 46 juta kl.
Diperbarui 25 Agu 2014, 19:14 WIBDiterbitkan 25 Agu 2014, 19:14 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Energi & TambangJakarta Gelap Satu Jam Hari Ini: Aksi Hemat Energi untuk Bumi
10
Berita Terbaru
Bunda Iffet Meninggal Dunia, Gubernur Jakarta Pramono Anung Titip Pesan Slank Tetap Bersatu
6 Model Rambut Mohawk yang Keren dan Populer 2025, Tampil Beda
Kode Redeem FF 27 April 2025: Buruan Tukar untuk Dapat Item Game Free Fire
7 Bumbu Dapur yang Bisa Bikin Awet Muda dan Sehat, Ini Cara Menggunakannya
VIDEO: Trump dan Zelenskyy Bertemu di Vatikan, Bahas Perang Ukraina
Pengusaha Was-Was, Peredaran Rokok Ilegal Makin Memprihatinkan
14 Model Baju Pesta Simple Elegan dengan Hijab Terbaru 2025
Kemenekraf Dorong Royalti Musik Dibayar di Muka Sebelum Konser Digelar, Apa Argumennya?
Erupsi di Rentang Tiga Hari, Badan Geologi Pantau Terus Gunung Semeru
Kenang Sosok Bunda Iffet, Vokalis Gigi Armand Maulana: Ibu dari Semua Pemain Band Era 90an
3 Fakta di Balik Keberhasilan Barcelona Juara Copa del Rey 2025: Gelar ke-32 hingga Hansi Flick Menuju Treble
Mei Nagano dan Kei Tanaka Dilanda Rumor Perselingkuhan, Agensi Bantah Namun Porsi dalam Drama Caster Terancam Dikurangi