Liputan6.com, Jakarta - Proyek Tanggul Raksasa atau Giant Sea Wall (GWS) disebut-sebut mengancam pasokan listrik Jakarta. Namun hal itu masih akan dikaji lebih jauh oleh pemerintah, sehingga pembangunan megaproyek ratusan triliun tersebut terpaksa ditunda. Â
Â
"Saya belum tahu (ganggu pasokan listrik). Itu kan masih gambaran saja. Masih di atas kertas, belum melakukan studi apapun alias masih mentah," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil di Jakarta, seperti dikutip Rabu (10/12/2014).Â
Â
Untuk itu, dia meminta kepada Menteri Riset dan Teknologi agar melakukan kajian menyeluruh bukan sekadar persoalan GWS tapi juga kepada dampak yang akan ditimbulkan dari pembangunan GWS.
Â
"Implikasinya ke bandara bagaimana, ke daerah lain seperti apa dampaknya. Lalu misalnya dibangun pada jarak 100 meter, apakah ada mangrove yang terancam dan sebagainya. Macam-macam opsi ini perlu kita lihat," tegas Sofyan.Â
Â
Sebelumnya, Direktur Perencanaan dan Pembinaan Afiliasi PT PLN (persero) Murtaqi Syamsuddin mengatakan, pembangunan Tanggul Raksasa Laut untuk mencegah banjir rob harus dilakukan dengan hati-hati.Â
Â
Pasalnya ada dua fasilitas Pembangkit Listrik Gas Uap (PLTGU) yaitu PLTGU Muara Karang dan Tanjung Priok berkapasitas total 4.000 Mw yang dekat dengan proyek GWS.
Â
Kedua pembangkit tersebut merupakan tulang punggung kelistrikan Jakarta. "Kalau pembangkit itu, pada DKI kehilangan 4 ribu mw apa gunanya pembangunan kalau tidak punya listrik. Ini perlu hati-hati," tutur dia.
Â
Karena itu, menurut Murtaqi, pembangunan  tersebut harus berkordinasi dengan PLN, agar tidak mengganggu aktifitas pembangkitan.
Â
"Harapannya dalam desain dalam pelaksnaanya hati-hati karena itu desainnya kordinasi dengan PLN jangan sampai kedua pembangkit itu terganggu," imbuh dia. (Fik/Nrm)