Liputan6.com, Jakarta - Neraca Perdagangan Indonesia pada periode November 2014 tercatat defisit US$ 420 juta atau melemah dari bulan sebelumnya yang mencetak surplus tipis US$ 23,3 juta. Penyebabnya karena penurunan ekspor migas dan non migas ke sejumlah negara tujuan.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Tirta Segara mengatakan, peningkatan defisit neraca perdagangan minyak dan gas (migas) di saat surplus neraca perdagangan non migas merosot.
Dari catatannya, realisasi defisit migas pada bulan kesebelas lalu sebesar US$ 1,36 miliar atau lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang mencetak defisit US$ 1,11 miliar.
"Pemicunya ekspor migas turun dari US$ 2,47 miliar menjadi US$ 2,11 miliar. Ini dikarenakan turunnya ekspor hasil migas di tengah tren anjloknya harga minyak dan komoditas internasional," papar Tirta dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (2/1/2015).
Kata dia, ekspor hasil minyak mengalami penurunan 50,4 persen month to month (Mtm) menjadi US$ 0,2 miliar. Sementara ekspor gas menyusut menjadi US$ 1,2 miliar atau 15,1 persen (mtm).
Ia menjelaskan, kinerja neraca perdagangan non migas yang melorot ikut memberi tekanan pada neraca perdagangan Indonesia November 2014. Hal ini terjadi karena pelemahan permintaan global.
"Surplus neraca perdagangan non migas menurun menjadi US$ 940 juta. Sebab ekspor non migas melemah dari US$ 12,9 miliar di Oktober 2014 menjadi US$ 11,5 miliar di November lalu," ujar Tirta.
Ekspor non migas yang mengalami kontraksi terjadi pada barang atau komoditas lemak dan minyak hewan atau nabati, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik, serta kendaraan dan bagiannya.
Tirta menyebut, penurunan ekspor non migas bulan kesebelas ini terutama terjadi ke negara ASEAN, Uni Eropa, Jepang, Amerika Serikat, India, Australia, Korea Selatan dan Taiwan.
"Baiknya penurunan surplus non migas tertahan penurunan impor non migas seiring dengan moderasi permintaan domestik," ucapnya.
Data BI menunjukkan, impor non migas tercatat melemah dari US$ 11,7 miliar pada bulan kesepuluh menjadi US$ 10,6 miliar di bulan kesebelas 2014.
Terutama dipicu penyusutan impor mesin dan peralatan mekanik, besi dan baja, plastik dan barang dari plastik, bahan kimia organik, kendaraan bermotor dan bagiannya, serealia, sisa industri makanan dan kapas.
Secara keseluruhan, Tirta menilai, kinerja neraca perdagangan November lalu masih sesuai dengan arah perbaikan kinerja transaksi berjalan di kuartal IV 2014 dan sepanjang tahun lalu.
BI, lanjutnya, memperkirakan perbaikan kinerja neraca perdagangan ke depan akan didukung peningkatan eskpor seiring dengan perbaikan ekonomi global dan tren penurunan harga minyak dunia.
"Ini mendorong berkurangnya tekanan defisit neraca migas. Kami akan terus mencermati risiko global dan domestik yang dapat mempengaruhi prospek defisit transaksi berjalan dan ketahanan eksternal," pungkas Tirta. (Fik/Ahm)
Ekspor Migas Melempem, Neraca Perdagangan RI Defisit
Bank Indonesia mencatat ekspor migas turun menjadi US$ 2,11 miliar memicu neraca perdagangan defisit US$ 420 juta pada November 2014.
diperbarui 02 Jan 2015, 18:17 WIBDiterbitkan 02 Jan 2015, 18:17 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Kejagung Koordinasi dengan KPK soal Pemulangan Buron Paulus Tannos
Megawati Akan Beri Pengarahan ke 3.000 Anggota Legislatif PDIP Siang Ini
Satgas PASTI Telah Blokir 796 Entitas Ilegal Oktober-Desember 2024, Ini Rinciannya
Menkum Supratman Minta Dirjen AHU Bantu Ekstradisi Paulus Tanos
Berapa THR PNS 2024? Cek Rincian Lengkap dan Jadwal Pencairannya di Sini!
Bos BI Ajak Investor Global Investasi di Indonesia
Sudah Berusaha Baik tapi Masih Dihujat, Begini Sikap Praktis yang Disarankan Ustadz Adi Hidayat
Kim Jae Joong Ungkap Kisah Mengerikan soal Mantan Pacarnya
Saksikan FTV Kisah Nyata Spesial di Indosiar, Jumat 24 Januari Via Live Streaming Pukul 13.00 WIB
Donald Trump Desak Penurunan Suku Bunga AS Picu Indeks S&P 500 Sentuh Rekor
Apa Itu LOC: Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya dalam Transaksi Internasional
Guru Besar UPI: Usulan Kampus Kelola Tambang Itu Sesat Pikir dan Kebijakan