Liputan6.com, Davos - Bank Sentral Eropa (The European Central Bank/EBC) telah mengambil langkah yang cukup dramatis untuk merangsang pertumbuhan ekonomi yang tengah bermasalah di wilayah tersebut. Dalam kebijakan yang baru, Bank Sentral Eropa mengeluarkan program pembelian obligasi besar-besaran dengan nilai kurang lebih US$ 1,3 triliun.
Mengutip CNN Money, Kamis (22/1/2015), Gubernur Bank Sentral Eropa, Mario Draghi menjelaskan, dalam program baru ini, untuk pertama kalinya Bank Sentral Eropa bakal membeli surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah yang bernaung di zona Euro.
Pembelian surat utang tersebut akan dilakukan pada Maret 2015 hingga September 2016. Namun, jika memang diperlukan, periode pembelian tersebut bisa diperpanjang. Rencananya, setiap bulan Bank Sentral Eropa bakal menggelontorkan dana 60 miliar Euro atau senilai US$ 70 miliar.
"Kami mengeluarkan kebijakan untuk mendorong laju inflasi yang konsisten dengan tujuan kami yaitu kurang lebih berada di bawah 2 persen," jelas Draghi.
Kebijakan yang baru ini belum pernah dilakukan oleh Bank Sentral Eropa sebelumnya. Diharapkan dengan langkah ini bisa mengatasi pelemahan ekonomi di wilayah tersebut.
Nilai tukar Euro telah jatuh sejak Desember kemarin karena penurunan harga minyak dunia. Selain itu, kegiatan ekonomi juga terus tertekan dan angka pengangguran mendekati rekor tertinggi.
Dewan Gubernur Bank Sentral Eropa dengan suara bulat memutuskan untuk mengatasi resesi tersebut, suntikan stimulus dengan metode quantative easing merupakan satu-satunya cara.
QuantativeEasing merupakan senjata terakhir yang tersisa yang bisa digunakan oleh Bank Sentral Eropa untuk mengatasi permasalah ekonomi di wilayah tersebut. (Gdn)
Energi & Tambang