Menteri ESDM Sebut Tak Longgarkan Pembangunan Smelter Freeport

Pembangunan smelter untuk mengantisipasi puncak produksi konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia mencapai 4 juta ton pada 2020.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Feb 2015, 17:54 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2015, 17:54 WIB
Ilustrasi Smelter
Ilustrasi Smelter (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said menegaskan tidak memberi kelonggaran  pembuatan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Papua.

Sudirman mengatakan, pemberian target pembangunan smelter sampai 2020 khusus untuk di Papua. Pembangunan smelter tersebut merupakan aspirasi dari rakyat Papua.

"Kami tak punya maksud sama sekali melonggarkan, tugas itu hukum negara untuk menaati. Persoalan smelter 2020 seolah diperpanjang tentu tidak, khusus Papua, kami berikan kesempatan pemda Papua cari solusi," kata Sudirman, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/2/2015).

Sudirman menegaskan, target pembangunan lainnya harus terus dikejar sehingga pada 2017 smelter tersebut beroperasi. "Yang lain dipush sesuai jadwal, termasuk Gresik kalau harus selesai 2017," ungkap Sudirman.

Ketua Tim Penelaah Smelter Nasional, Said Didu menambahkan, pembangunan smelter untuk mengantisipasi puncak produksi konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia mencapai  4 juta ton pada 2020, dengan kapasitas smelter Papua hanya 800 ribu ton. Sebagian produksi tersebut akan diolah pada smelter Gresik.

"Saya ingin menambahkan saja, kalau Freeport diperpanjang kontrak pada 2020 maka ada produksi 4 juta ton. Sekarang kapasitas 1 juta ton, ada 3,5 juta ton yang harus dibangun," ujar Sudirman. (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya