Liputan6.com, Jakarta - Salah satu PR orangtua saat mengasuh dan merawat anak-anak mereka adalah menidurkannya. Namun, usaha menidurkan bayi kerap tidak mudah dengan berbagai alasan.
Orangtua yang putus asa mencari berbagai kiat agar bayi atau balita mereka bisa tidur dengan lelap dan lama. Sumbernya bisa dari mana saja, termasuk media sosial. Belakangan viral tren orangtua memberikan sedikit mentega organik atau mentega sapi kepada bayi mereka sebelum tidur.
Advertisement
Sejumlah ibu dan ayah memuji ide tersebut. Namun, apakah cara itu dibenarkan oleh dokter atau ahli medis lainnya?
Dr. Rebecca Greenberg Carter dari University of Maryland Medical System mengatakan kepada PEOPLE, dikutip Sabtu, 15 Maret 2025, bahwa mentega benar mengandung nutrisi. Namun, hal itu bukan alasan yang tepat memberikan bayi mentega apapun bentuknya sebelum tidur.
"Pertama dan terpenting, lemak sehat dianjurkan dalam diet anak-anak hanya setelah pengenalan makanan padat. Saya tidak akan merekomendasikan ini sebagai pengenalan makanan sebelum memulai makanan padat lainnya — yang umumnya antara 4 hingga 6 bulan," katanya.
Dr. Carter juga mencatat bahwa produksi susu yang lebih berlemak dikaitkan dengan perasaan lebih kenyang dan tidur lebih nyenyak. Meski begitu, ia menilai berbahaya bila orangtua langsung mengaplikasikan trik tersebut tanpa sebelumnya mengeksplorasi alasan lain mengapa bayi atau balita Anda kesulitan tidur nyenyak di malam hari.
"Yang terpenting adalah mengatasi masalah tersebut dan melakukan tindak lanjut dengan dokter anak Anda," imbuhnya.
Pendapat Ahli Lain tentang Pemberian Mentega pada Bayi
Brittany Sheehan, konsultan tidur anak dan pendiri Brittany Sheehan Sleep, menyatakan pendapat senada. Ia mengatakan bahwa seorang anak yang kesulitan tidur tidak akan secara ajaib menjadi tidur nyenyak karena mereka diberi mentega, atau memasang jam 'Okay to Wake', atau magnesium yang digosokkan di kaki mereka, atau semprotan lavender, atau bawang di bawah tempat tidur.
Yang benar, kata dia, adalah seperti halnya diet ideal, hasilnya akan konsisten dengan cara sederhana yang terus dikerjakan berulang, seperti pemberian makan yang tepat, waktu dan durasi tidur yang ideal berdasarkan usia anak, dan respons yang konsisten dari orangtua jika seorang anak bangun lebih awal. "Hanya itu!" ujarnya.
Dr. Carter menambahkan bahwa orangtua cenderung mencari jalan pintas sebelum menguasai ilmunya. Begitu pula dengan trik memberi bayi mentega. Faktanya, mentega tidak mengandung nutrisi penting lain yang dibutuhkan dalam pertumbuhan bayi. Karena itu, ia melarang orangtua memberikan bayi mereka mentega sesedikit apapun.
Advertisement
Jangan Langsung Percaya Konten Berembel-embel Hack
Dr. Carter beralasan pemberian itu justru bisa membuat nafsu makan bayi pada ASI atau susu formula pada bayi usia di bawah 12 bulan berkurang. "Demikian pula untuk balita, mentega tidak boleh menjadi bagian penting dari diet mereka, karena dapat mengurangi nutrisi penting lain yang akan mereka dapatkan melalui makan makanan sehat," sambung Carter.
Ia mengimbau para orangtua untuk meningkatkan kewaspadaannya dengan trik instan yang jadi viral di media sosial. Salah satunya dengan meningkatkan ilmu pengetahuan.
"Apa pun yang kita sebut sebagai 'hack' yang melibatkan tubuh dan kesehatan kita, saya akan menjauh," kata Sheehan. "Sungguh, dalam keadaan apa pun orangtua tidak boleh merasa perlu mengikuti 'hack' tidur untuk bayi atau balita, yang merupakan pemborosan waktu dan energi dalam kondisi terbaik, dan bisa sangat berbahaya, dalam kondisi terburuk."
Kedua ahli sepakat bahwa memprioritaskan kesehatan tidur secara keseluruhan melalui rutinitas yang konsisten dan membangun kebiasaan sehat adalah kunci untuk membantu anak-anak Anda tidur nyenyak. "Yang terpenting untuk tidur sehat adalah rutinitas tidur yang teratur dan konsisten, tanpa layar sebelum tidur dan waktu tidur yang konsisten setiap malam," kata Dr. Carter.
Bahaya Anak Kurang Tidur
Mengutip kanal Health Liputan6.com, sekitar 20--30 persen bayi, balita, dan anak usia prasekolah mengalami masalah dalam memulai tidur dan sering terbangun di malam hari. Masalah tidur pada anak seringkali tidak hanya memengaruhi anak tapi juga keluarga.
Gangguan tidur adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya jumlah, kualitas, atau durasi tidur. "Prevalensi gangguan tidur lebih tinggi pada anak dengan gangguan perkembangan. Pada anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) misalnya, kejadiannya bisa 40 sampai 80 persen," kata dokter anak konsultan tumbuh kembang dan pediatri sosial Eva Devita Harmoniati dalam diskusi daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa, 18 Februari 2025.
Padahal, tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan terutama pada anak-anak. "Tidur memberikan dampak langsung pada perkembangan fisik dan mental. Tidur yang tidak adekuat dapat memengaruhi kesehatan, perkembangan kognitif, regulasi mood, atensi, dan masalah perilaku," jelas dia.
Ia menjelaskan bahwa ada beberapa teori yang menyebabkan anak dengan gangguan perkembangan mengalami gangguan tidur. "Yang pertama, ternyata pada anak-anak dengan gangguan perkembangan ini, produksi melatoninnya juga berbeda, sedikit terganggu dibandingkan anak-anak yang tidak mengalami gangguan perkembangan,” kata Eva kepada Disabilitas Liputan6.com.
Advertisement
