Ini yang Terjadi Jika Orang Kaya Nikahi Rakyat Jelata

Kisah cinta antar dua kelas sosial dianggap romantis. Tidak banyak dibahas bahwa perbedaan kelas sosial bisa menjadi pemicu ketidaksetujuan.

oleh Indy Keningar diperbarui 19 Apr 2015, 21:33 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2015, 21:33 WIB
Ketika si Kaya Menikahi si Rakyat Jelata
Kisah cinta antar dua kelas sosial dianggap romantis. Tidak banyak dibahas bahwa perbedaan kelas sosial bisa menjadi pemicu ketidaksetujuan.

Liputan6.com, Jakarta - Uang merupakan aspek yang cukup penting dalam pernikahan. Proses mengkombinasikan pendapatan dari masing-masing pribadi yang kemudian digunakan untuk bersama membutuhkan proses yang matang. Apalagi jika nanti tiba waktunya untuk mengeluarkan dana untuk keperluan bersama seperti membeli rumah, kendaraan dan juga untuk membesarkan buah hati.

Banyak studi, jurnal dan artikel dirilis mengenai bagaimana pasangan suami istri harus menangani permasalahan keuangan agar terjadi keharmonisan. Menarik, seorang asisten dosen sosiologi di Duke University, Amerika Serikat, Jessi Streib mempelajari bagaimana pasagan suami-istri dari latar belakang kelas yang berbeda memiliki pandangan yang berbeda pula tentang uang.

Dikutip dari laman sbs.com.au, Minggu, (18/4/2015), dalam buku Streib yang berjudul, The Power of the Past: Understanding Cross-Class Marriages yang dirilis awal bulan April 2015 oleh Oxford University Press, Streib mengadakan penelitian pada 24 pasutri heteroseksual dimana 32 diantara mereka lahir di kelas sosiak berbeda. 

Langkah penelitian tersebut dilakukan untuk mempelajari bagaimana perbedaan kelas sosial mempengaruhi kelanggengan sebuah pernikahan. Berikut beberapa poin tentang hal yang tidak Anda duga mengenai pernikahan antar-kelas ala Cinderella.

Selanjutnya

1. Di kisah-kisah fiksi, sering diceritakan bahwa alasan dua orang beda kelas saling jatuh cinta, itu karena masing-masing memiliki sesuatu yang tidak disediakan oleh latar belakang keluarga mereka. Kenyataannya, menurut sosiologis, hal yang kita alami dan ajarkan selama tumbuh dewasa merupakan bagian dari kita. Sehingga, perbedaan antar dua kelas berbeda itu menjadi sesuatu yang tidak mereka sukai satu sama lain, dan kerap menjadi alasan ketidaksetujuan yang berujung pada pertengkaran.

2. Dari perbedaan-perbedaan antara dua orang, satu yang lebih tidak bisa beradaptasi merupakan mereka yang diharapkan berubah oleh pasangannya. Bagi mereka, itu merupakan sesuatu yang natural untuk mencoba mengubah si pasangan. Sedangkan, bagi si pasangan, mereka dianggap mengkritik sesuatu yang sudah menjadi bagian dari diri mereka selama bertahun-tahun. Sudah terbukti pasangan beda kelas yang paling awet hubungannya merupakan mereka yang saling mengerti dan menerima perbedaan masing-masing.

3. Pada pasangan dimana si wanita merupakan si kelas bawah, ada tekanan dalam mempresentasikan rumah mereka. Cenderung sering merasa malu dengan keadaan rumah saat masa muda, mereka seakan 'balas dendam' dengan berusaha menata rumah baru mereka sebaik-baiknya. Pada banyak kasus, mereka membaca majalah atau menonton acara televisi tentang dekorasi rumah secara obsesif. Ini bisa membuat pasangan mereka bingung. Orang-orang dari kelas menengah atas, tidak memiliki pandangan yang sama tentang rumah mereka selama masa mereka tumbuh dewasa.

4. Wanita dari kelas menengah bawah cenderung lebih menikmati pekerjaan rumah dibanding mereka yang dari kelas menengah atas. Namun ini tidak terbukti menjadi pemicu pertengkaran atau ketidakharmonisan.

5. Perdebatan juga akan berlaku dimana mereka yang sudah menjadi orangtua memutuskan tentang kegiatan anak-anak mereka. (Ikr/Gdn)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya