Pasokan Berlimpah, Harga Minyak Kembali Tertekan

Harga patokan minyak di AS anjlok 4,2 persen menjadi US$ 56,96 per barel di New York Mercantile Exchange.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Jul 2015, 05:15 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2015, 05:15 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Harga minyak tergelincir ke level terendah dalam dua bulan terakhir karena banjir pasokan di Amerika Serikat (AS). Para produsen minyak ternyata tak mengurangi produksi sebesar yang diperkirakan para analis.

Mengutip Wall Street Journal, Kamis (2/7/2015), harga patokan di AS anjlok 4,2 persen menjadi US$ 56,96 per barel di New York Mercantile Exchange. Penurunan tersebut merupakan penurunan terbesar sejak 8 April 2015. Sedangkan harga minyak mentah Brent yang merupakan patokan harga dunia mengalami penurunan 2,5 persen menjadi US$ 62,01 per barel.

Turunnya harga minyak tersebut dipicu oleh membanjirnya pasokan minyak mentah di AS. Para analis dan investor cukup terkejut dengan nilai stok minyak yang mengalami kenaikan pada pekan lalu yang merupakan kenaikan pertama sejak sembilan minggu terakhir.

Berdasarkan laporan Departemen energi AS, para produsen minyak di AS menggenjot produksi pada April 2015 kemarin sehingga mencapai laju produksi tercepat sejak 1971.

Pada pekan lalu stok minyak mentah di kilang-kilang yang tersedia meningkat dari 94 persen dari kapasitas kilang menjadi 95 persen dari kapasitas kilang.

Sebenarnya, dalam beberapa pekan terakhir harga minyak mulai merangkak naik karena ada optimisme dari pelaku pasar bahwa produksi yang ada akan terserap karena membaiknya perekonomian di Amerika. Namun keyakinan tersebut langsung tersapu dengan adanya data persediaan yang baru tersebut.

"Data persediaan yang ada membuktikan bahwa telah terjadi pasokan yang terlalu besar dan harga memang terlalu tinggi," jelas analis  Twelve Points Capital LLC, Dave Clayman.

Ia melanjutkan, jumlah persediaan minyak mentah di dunia masih terlalu tinggi saat ini meskipun memang terjadi peningkatan permintaan di beberapa negara.

Semula, banyak pihak atau analis menyebutkan bahwa para produsen minyak dunia telah mengurangi produksinya untuk menjaga harga minyak. Namun dengan kenaikan angka pasokan ini membuktukan bahwa perkiraan para analis tersebut salah. (Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya