Harga Minyak Mentah Dunia Melonjak 4%, Waspada Hal Ini

Kenaikan harga minyak ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penurunan tarif impor untuk negara-negara selain China.

oleh Ilyas Istianur Praditya Diperbarui 10 Apr 2025, 08:30 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 08:30 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah Amerika Serikat melonjak lebih dari 4% pada Rabu (9/4), mencatat kenaikan harian tertinggi sejak Oktober 2024. Kenaikan harga minyak ini terjadi setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penurunan tarif impor untuk negara-negara selain China.

Dikutip dari CNBC, kamis (10/4/2025), harga minyak mentah acuan AS (WTI) naik sebesar USD 2,77 atau 4,65%, dan ditutup pada level USD 62,35 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent sebagai acuan global turut menguat USD 2,66 atau 4,23% ke posisi USD 65,48 per barel.

Sebelumnya, harga WTI sempat anjlok hingga USD 55,12 per barel setelah China mengumumkan tarif sebesar 84% atas barang-barang asal AS sebagai balasan atas kebijakan tarif Trump. Tarif impor dari China ini mulai berlaku pada 10 April.

Namun pasar minyak berbalik arah setelah Trump secara tiba-tiba melunakkan kebijakan perdagangannya. Presiden AS tersebut menyatakan bahwa tarif impor sebesar 10% akan diberlakukan selama 90 hari untuk semua negara, kecuali China. Untuk China, tarif dinaikkan secara langsung menjadi 125%.

Kekhawatiran Dunia

Ketegangan perang dagang yang dikhawatirkan memicu resesi global menjadi kekhawatiran utama pelaku pasar, karena dapat menurunkan permintaan minyak dunia.

 

Peningkatan Produksi Minyak

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Di sisi lain, OPEC+ telah sepakat untuk mempercepat peningkatan produksi mulai Mei, yang akan memperbesar pasokan di tengah potensi kelebihan suplai.

“Perpaduan antara ketakutan resesi dan meningkatnya pasokan minyak adalah kombinasi berbahaya,” kata Helima Croft, Kepala Strategi Komoditas Global RBC Capital Markets, kepada CNBC.

Sementara itu, AS dan Iran dijadwalkan menggelar pembicaraan di Oman pada Sabtu mendatang untuk membahas program nuklir Iran. Jika berhasil, perundingan ini berpotensi membuka kembali pasokan minyak Iran ke pasar global.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya