Harga Minyak Mentah Stabil Meski OPEC Pangkas Perkiraan Permintaan

Harga minyak mentah naik hampir 2% di awal sesi setelah keputusan Trump untuk membebaskan produk teknologi utama seperti telepon pintar dari tarifnya terhadap China.

oleh Arthur Gideon Diperbarui 15 Apr 2025, 08:00 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2025, 08:00 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia
Harga minyak mentah AS naik 3 sen menjadi USD 61,53 per barel, sementara harga minyak acuan global Brent naik 12 sen menjadi USD 64,88 per barel. Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah AS tetap stabil pada perdagangan hari Senin setelah OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan untuk tahun ini karena adanya perang tarif yang dimulai oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Mengutip CNBC, Selasa (15/4/2025), harga minyak mentah AS naik 3 sen menjadi USD 61,53 per barel, sementara harga minyak acuan global Brent naik 12 sen menjadi USD 64,88 per barel.

OPEC yang merupakan organisasi negara-negara produsen minyak dunia negeluarkan laporan bulanan yang memperkirakan permintaan minyak mentah tumbuh sebesar 1,3 juta barel per hari tahun ini dan tahun depan, turun sekitar 150.000 barel per hari dari perkiraan sebelumnya.

Harga minyak mentah naik hampir 2% di awal sesi setelah keputusan Trump untuk membebaskan produk teknologi utama seperti telepon pintar dari tarifnya terhadap China.

Presiden Trump telah mengenakan tarif 145% terhadap China, sementara menunda bea masuk yang lebih tinggi bagi sebagian besar negara lain selama 90 hari ke depan untuk memungkinkan negosiasi.

Harga minyak mendapat sedikit dukungan setelah Menteri Energi AS Chris Wright mengatakan pada hari Jumat bahwa Trump dapat menghentikan ekspor minyak Iran jika kesepakatan tidak tercapai terkait program nuklir Republik Islam tersebut. AS dan Iran mengadakan pembicaraan di Oman pada hari Sabtu dan akan bertemu lagi pada tanggal 19 April.

Minyak mentah AS turun lebih dari 14% dan Brent telah turun lebih dari 13% sejak tanggal 2 April ketika Trump mengumumkan kebijakan tarif yang mengguncang dunia. Harga minyak juga tertekan oleh keputusan OPEC+ untuk mempercepat produksi mulai bulan Mei.

"Ini adalah pukulan ganda bagi pasar minyak saat ini," kata Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets, kepada "The Exchange" CNBC pada hari Senin.

Goldman Sachs memperkirakan West Texas Intermediate dan Brent masing-masing berada pada harga rata-rata $59 dan $63 per barel, sepanjang sisa tahun ini, menurut catatan yang diterbitkan pada hari Minggu.

Masih Terkendali

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Sebelumnya, harga minyak mentah dunia bergerak stagnan pada perdagangan awal pekan ini, di tengah meningkatnya ketegangan perang dagang antara AS dan China yang memicu kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi global serta menurunnya permintaan bahan bakar.

Pada hari Senin (14/4/2025), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) tercatat di level USD 61,53 per barel, hanya naik tipis 3 sen atau 0,05%.

Analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, menjelaskan bahwa meskipun ketegangan geopolitik dan perang dagang memberikan tekanan terhadap sentimen pasar, dari sisi teknikal, potensi kenaikan harga minyak masih terbuka.

“Kombinasi pola candlestick yang terbentuk dan pergerakan indikator Moving Average menunjukkan sinyal awal terbentuknya tren bullish pada harga WTI,” ujar Andy dalam keterangan tertulis, Senin (14/4/2025).

Andy memproyeksikan bahwa selama harga WTI mampu bertahan di atas level psikologis USD 61, tren naik akan terus berlanjut dengan potensi target kenaikan harian menuju area USD 63 per barel. Namun ia juga menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap kemungkinan reversal.

“Jika harga gagal mempertahankan momentum penguatannya dan terjadi tekanan jual, maka penurunan harga bisa menuju level support terdekat di kisaran USD 59 per barel,” tambahnya.

 

Fundamental

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)... Selengkapnya

Secara fundamental, konflik perdagangan antara dua negara ekonomi terbesar dunia terus menjadi katalis utama dalam pergerakan harga minyak. Beijing secara resmi menaikkan tarif impor terhadap produk Amerika Serikat hingga 125% sebagai respons atas kebijakan Presiden Donald Trump yang meningkatkan tarif terhadap barang-barang asal China.

Meskipun Trump memberikan pengecualian untuk beberapa produk teknologi seperti ponsel pintar dan komputer, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengumumkan bahwa sejumlah produk teknologi penting akan tetap dikenakan tarif tinggi dalam waktu dekat.

Kondisi ini memicu kekhawatiran pelaku pasar bahwa gangguan terhadap rantai pasokan global akan terus berlangsung dan dapat menghambat pertumbuhan permintaan energi dunia. Ditambah lagi, laporan inflasi dari China memperlihatkan kondisi ekonomi domestik yang sedang tertekan, dengan penurunan harga konsumen selama dua bulan berturut-turut dan penurunan harga produsen selama 30 bulan beruntun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya