Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Transportasi Publik Darmaningtyas mengatakan, sejak jaman penjajahan Belanda hingga kini, jumlah jalur kereta bukan mengalami pertambahan melainkan justru berkurang.
Tak tanggung-tanggung, rel kereta mengalami penyusutan hingga 50 persen dibandingkan jumlah rel yang dibangun oleh pemerintah Belanda kala masa penjajahan dulu.
"Pertumbuhan rel dari jaman Belanda ke orde baru malah menyusut 50 persen," ujarnya dalam acara Breakout Show dengan tema 'Menuju Tersambungnya Tol Trans Jawa' di Kantor Liputan6.com, seperti ditulis Jumat (21/8/2015).
Dia menjelaskan, hal ini karena sejak orde baru, kereta tidak dijadikan sebagai moda transportasi utama. Pemerintah kala itu fokus menambah jumlah jalan raya sehingga tidak jarang malah mengorbankan rel kereta yang ada.
"Selama orde baru pemerintah hanya memperhatikan jalan. Banyak rel yang ditimbun jadi jalan. Seperti di Madura dulu ada jalur kereta tapi sekarang tidak ada. Dari Wonosobo dulu juga ada. Jadi politik orde baru tidak mendukung perkembangan kereta," kata dia.
Fokus pemerintah pada pengembangan jalan lanjut Darmaningtyas diperkirakan lantaran jalan dapat mendistribusikan logistik lebih mudah ketimbang harus menggunakan kereta. Karena jika diangkut dengan truk, logistik bisa langsung sampai tempat tujuan dengan sekali jalan.
"Kalau kereta juga tidak poin to poin, harus ada feeder-nya seperti truk," lanjutnya.
Oleh sebab itu, agar pembangunan tidak hanya terfokus pada penambahan jalan, pemerintah saat ini seharusnya memanfaatkan sarana angkutan laut dan kereta dalam distribusi logistik. Kedua moda ini harus saling terkoneksi agar ada kemudahan dalam pengangkutan.
"Selama ini kita tidak memanfaatkan fasilitas yang ada. Misalnya Stasiun Tanjung Priok kan terkoneksi dengan pelabuhan, atau di Teluk Bayur terkoneksi dengan kereta api.
Tugas pemerintah menyambungkan kereta dengan pelabuhan. Kalau ini bisa, maka akan kurangi lama perjalanan (distribusi)," tandasnya. (Dny/Gdn)
Selama Lebih dari 70 Tahun, Jalur Kereta Justru Menyusut 50%
Sejak zaman orde baru, kereta tidak menjadi moda transportasi utama.
Diperbarui 21 Agu 2015, 11:00 WIBDiterbitkan 21 Agu 2015, 11:00 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
EnamPlus
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Ramadan 2025: Muhammadiyah vs Pemerintah, Akankah Puasa dan Lebaran Serentak?
Plus Minus Efek Megawati Instruksikan Kepala Daerah dari PDIP Tak Ikut Retret ke Ekonomi
Mengenal Kepribadian ENFJ T: Karakteristik, Kelebihan dan Kekurangan
Donald Trump Minta Meja Kerja Ikonis di Gedung Putih Diganti Usai Anak Elon Musk Taruh Upil
Kematian Tragis Remaja 15 Tahun di Gorut, Fakta Baru atau Jalan Buntu?
Baznas Garut Targetkan Infaq Ramadan Rp 1 Miliar, Sebagian untuk Pembelian Mobil Ambulans
iPhone 15 Pro bakal Kebagian Fitur Visual Intelligence, Mirip Google Lens!
Cek Fakta: Tidak Benar Pendaftaran Haji Gratis dapat Uang Saku Rp 20 Juta Lewat Link Ini
Manchester United Bisa Dapat Untung dari Ribut-Ribut Pemain dan Pelatih Atalanta
Daftar 91 Merk Kosmetik Ilegal yang Diamankan BPOM Jelang Ramadhan 2025
Tanda Allah SWT Mengangkat Derajat Manusia, Pertanda yang Jarang Disadari
Harga Tiket LRT Jabodebek 2025, Temukan Kemudahan dan Kenyamanan Perjalanan Anda