Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman membuka Rapat Upaya Khusus Peningkatan Industri Perberasan‎ di lapangan Kantor Pusat Kementerian Pertanian, pada Rabu (26/8/2015).
Dalam‎ pembukaan rapat tersebut, Amran mengajak diskusi beberapa petani gabah. Dari hasil dialognya para petani tersebut mengeluhkan harga beli Perum Bulog yang terlalu rendah.
Baca Juga
"Kalau diminta jual ke Bulog, itu kami juga pastikan dulu, berapa harga belinya. Kalau kami diminta suruh setor-setor saja, kita juga keder," kata salah satu petani asal Sukabumi, Bambang saat berdialog dengan Amran.
Advertisement
Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu petani asal Gunung Kidul, Suhardi. Dia mengungkapkan belum bisa menyetorkan hasil panennya dikarenakan harga beli Bulog yang masih rendah.‎
"Justru malah harga di koperasi kami malah lebih tinggi, jadi lebih baik kami jual ke koperasi," kata Suhardi.
Meski wilayah Gunung Kidul tengah dilanda kekeringan, namun Suhardi menuturkan, pihaknya mampu memproduksi 20 ton beras dalam empat bulan ke depan.
Tidak jauh berbeda dengan kedua petani sebelumnya, Asep Gumilang yang juga sebagai petani asal Sukabumi tersebut siap memasok beras untuk Bulog mencapai 3.000 ton pada September. Pasokan itu dikirim dengan catatan harga yang ditawarkan Bulog tidak terlalu murah.
Selain itu, Asep juga meminta kepada Amran untuk memerintahkan pejabat daerahnya untuk turun ke lapangan. Hal itu perlu mengingat selama ini tidak ada petugas dari Kementerian Pertanian yang turun terutama ke Pelabuhan Ratu.
"Tolong Pak, selama ini dari dinas pertanian tidak pernah turun ke lapangan, jadi tidak pernah tahu situasi kami di sana seperti apa. Ada sekitar 400 hektar kekurangan air, Pak, tapi tidak pernah ada bantuan," ujar Asep.
Menanggapi itu, Amran juga meminta kepada Bulog untuk lebih terbuka kepada para petani. Jika ada keluhan diharapkan Bulog bisa berdialog dengan para petani untuk mendukung percepatan swasembada pangan, terutama swasembada beras. Â (Yas/Ahm)