Harga Minyak Dunia Anjlok, DPR Galau Tetapkan ICP

Anjloknya harga minyak dunia hingga di bawah US$ 40 per barel membuat penetapan harga minyak Indonesia (ICP) berlangsung alot.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 26 Agu 2015, 18:08 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2015, 18:08 WIB
Kompleks Gedung DPR
Kompleks Gedung DPR (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Anjloknya harga minyak dunia hingga di bawah US$ 40 per barel membuat penetapan harga minyak Indonesia (ICP) dalam rapat Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2016 berlangsung alot.

Dalam rapat kerja antara Komisi VII DPR dan Pemerintah yang diwakili Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan ICP US$ 60 per barel dalam RAPBN 2016.

"Asumsi mengenai ICP pada sidang dahulu setelah kita tentukan range US$ 60-US$ 70 dolar. Kita sepakati 60 dolar per barel," kata Sudirman dalam rapat kerja tersebut di riamh rapat komisi VII DPR, Gedung Nusantara I, Jakarta, Rabu (26/8/2015).

Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Gerindra Rhamson Siagian meragukan besaran usulan tersebut. Pasalnya, tren harga minyak dunia diperkirakan tak sampai menyentuh US$ 50 per barel.

"Kita mau realistis tidak? trennya tidak akan lewat dari US$ 50 di 2016.  Saya dengar pendapatan Pertamina menurun drastis, dari sektor hulu utamanya," tuturnya.

Sedangkan Anggota Komisi VII dari Fraksi Nasdem Kurtubi mengungkapkan, dengan melihat kondisi harga minyak dunia. Ia mengusulkan harga minyak dunia US$ 50 per barel.

"Sayang, sejak dulu harga minyak dunia bukan hanya soal pasokan dan permintaan. Tapi ada faktor geopolitik. US$ 60 jelas sangat tidak realistis. Saya usulkan maksimal ICP US$ 50," ungkapnya.

Ketua Komisi VII Kardaya Warnika menambahkan, saat ini tidak ada yang bisa memperkirakan harga minyak dunia secara tepat. Hanya ada dua faktor yang mempengaruhi pasokan kebutuhan dan geopolitik.

"Itu yang menentukan bagi keuangan negara terakhir saya ingat kembali ahli mengatakan jangan memperkirakan harga minyak, itu tidak akan dipercaya orang. Hanya dua variabel yang tentukan harga yaitu supply demand sama politik," jelasnya.

Sedangkan Menteri ESDM Sudirman Said menjelaskan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo dalam menyusun RAPBN asumsi yang diusulkan serealisitis mungkin, dan penurunan harga minyak dunia belakangan ini hanya sementara.

"Presiden bilang mari kita cari asumsi yang serealistis mungkin. kalau sekarang harga jatuh saya sepakat. tapi hari ini bukan kondisi final, kita masih melihat ada kemungkinan naik atau turun," pungkasnya. (Pew/Ndw)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya