Ketemu Jokowi, Bos IMF Ingatkan RI Soal Harga Komoditas

IMF memberikan masukan kepada Indonesia untuk tidak lagi berharap harga komoditas kembali naik.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 01 Sep 2015, 19:50 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2015, 19:50 WIB
Direktur IMF, Christine Lagarde
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Managng Dorector International Monetary Fund Christine Lagarde mengunjungi Presiden RI Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Menteri Keuangan RI Bambang Brodjonegoro yang menemani Presiden Jokowi bertemu dengan Lagarde menyampaikan beberapa topik pembicaraan antara keduanya.

Bambang mengungkapkan IMF memberikan masukan kepada Indonesia untuk tidak lagi berharap harga komoditas kembali naik seperti era tahun 2011.‎ Karena, selama ini pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melesat sangat dipengaruhi booming comodity.

"Menurut dia, harga komooditas adalah siklus yang berulang, tapi yang indonesia harus ingat, mungkin harga tidak turun lebih jauh lagi, sudah flat di bawah, tetapi tidak akan pernah kembali ke harga yang 2011‎," kata Bambang di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (1/9/2015).

‎Untuk itu, Bambang memastikan bahwa Indonesia harus sadar bahwa booming comodity telah berakhir. Hal yang menjadi fokus pemerintah saat ini adalah meningkatkan nilai tambah bagi industri-industri dalam negeri.

Mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, peningkatan nilai tambah yang akan dilakukan Indonesia tetap yang berbasis komoditas.

‎"Kita akan lebih fokus pada ekonomi yang berbasis nilai tambah, tetap komoditas, tapi yang bernilai tambah," tegas dia.

Seperti diketahui, saat bertemu Jokowi, Lagarde mengakui bahwa di dunia tengah terjadi dua sentimen besar yaitu rencana kenaikan suku bunga The Fed dan devaluasi Yuan yang dilakukan China.

Namun begitu, Lagarde mengapresiasi kesiapan pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi gejolak ekonomi global tersebut. "‎Saya rasa Indonesia sangat bagus sekali dalam menghadapi kondisi yang terjadi sekarang ini di dunia," kata Lagarde di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Meski ekonomi Indoensia mengalami perlambatan dan nilai tukar rupiah yang sudah melemah sekitar 12 persen sepanjanmg tahun 2015, namun apa yang terjadi tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain.

Di negara anggota G-20, Indonesia masih menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi‎ terbesar ke tiga setelah China dan India, meski pada kuartal II 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,6 persen.‎ (Yas/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya