Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memberi sinyal penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) Premium maupun Solar jika harga minyak dunia sudah amblas ke level US$ 40 per barel. Kebijakan tersebut tentu harus mendapat persetujuan pemerintah.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengungkapkan, harga minyak mentah dunia yang rendah akan menurunkan ongkos produksi sehingga berpeluang terhadap penurunan harga BBM.
Dia melihat harga minyak dunia US$ 40 per barel cukup rendah, sementara harga saat ini masih berkisar US$ 46 per barel Â
"Kalau harga minyak sekira US$ 40 per barel, ongkos produksi bisa lebih murah atau efisien. Otomatis potensi penyesuaian (penurunan) harga ada. Tentu kita akan turunkan karena menyangkut kepentingan masyarakat," ujar dia di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Dwi mengaku, perhitungan harga BBM setiap tiga atau enam bulan bersama dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sehingga Pertamina belum bisa memastikan kapan dan berapa besar penurunan harga Premium dan Solar.
"Tentu kita perlu bicarakan dengan pemerintah ESDM, jadi ketentuannya kita patuhi. Kita akan lihat dan hitung nanti kan review-nya per 3 bulan," pungkas dia. (Fik/Ndw)