Sektor Padat Karya Mesti Digenjot untuk Serap Tenaga Kerja

Pemerintah diharapkan dapat mendorong sektor padat karya dan program pengentasan kemiskinan untuk dorong pertumbuhan ekonomi.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 06 Nov 2015, 20:39 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2015, 20:39 WIB
Ilustrasi Pengangguran
Ilustrasi Pengangguran (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Laju investasi di dalam negeri masih belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang berada pada level 4,73 persen pada kuartal III 2015. Akan tetapi, sejalan dengan hal itu pengangguran justru bertambah 320 ribu menjadi 7,56 juta jiwa.

Rektor Universitas Paramadina Firmanzah menuturkan, laju investasi sendiri masih kalah dengan angkatan kerja yang terus meningkat.

"Jadi pertumbuhan angkatan kerja tumbuh tinggi, industrinya tak mampu menampung angkatan kerja sehingga pengangguran meningkat. Industri tumbuh tapi lambat. Jadi penganggurannya banyak. Jadi kenapa Pak Darmin bilang 4,7 persen tinggi tapi tidak mampu menyerap tenaga kerja," kata dia di Jakarta, Jumat (6/11/2015).

Dia mengatakan, seharusnya laju investasi bersaing dengan angkatan kerja. Caranya, pemerintah dengan mendorong sektor padat karya dan program pengentasan kemiskinan.

"Jadi kalau menurut saya penyerapannya tetap meningkat tetapi pertumbuhannya terlalu tinggi. Industrialiasi itu harus bersaing dengan kecepatan pertumbuhan angkatan kerja," tutur Firmanzah.

Dengan kondisi demikian dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga kuartal IV sebanyak 4,8 persen. "Menurut saya ada di kisaran tetap 4,75 sampai 4,8 persen. Tidak sampai 5 persen," tutur dia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, setidaknya ada tiga alasan penciptaan lapangan kerja menjadi berkurang sehingga justru menambah angka pengangguran.

Pertama, kondisi ekonomi dunia yang belum pulih, mengakibatkan harga komoditas belum juga bangkit, alhasil ada beberapa perusahaan yang berbasis komoditas itu terpaksa menghentikan usahanya.

Kedua, pelemahan ekonomi yang terjadi pada 2015 menjadikan ekspor Indonesia volumenya mengalami penurunan, meski secara umum neraca perdagangan Indonesia masih surplus. Penurunan ekspor ini sebagai dampak dari pengurangan jumlah tenaga kerja di sejumlah perusahaan yang‎ berorientasi ekspor.

Ketiga, kurang maksimalnya penyerapan anggaran pemerintah pada 2015‎ menjadikan penyerapan lapangan kerja juga tidak seperti yang diharapkan."‎Sehingga semua itu bergabung membuat tidak cukup tenaga untuk mendongkrak ekonomi itu," tegas Darmin. (Amd/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya