Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) akan kelebihan produksi solar sebanyak 400 ribu ton per bulan, jika campuran biodisel pada solar 20 persen diterapkan pada 2016.
Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang mengatakan, saat ini dengan campuran biodisel sebesar 15 persen pada solar atau 966.785 Kilo Liter (KL) sampai akhir tahun, Pertamina tidak lagi mengimpor solar.
"Yang jelas kalau sekarang bicara 15 persen, berarti 15 persen solar hilang," kata Bambang, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (20/11/2015).
Advertisement
Bambang menambahkan, jika tahun depan kandungan biodisel pada solar ditingkatkan menjadi 20 persen atau setara dengan 5,14 juta KL, maka Pertamina kelebihan produksi solar.
"Kalau nanti 2016 naik jadi 20 persen, artinya 20 persen lebih pasti berkurang. Tapi kalau Pemerintah naikkan, berarti ada kelebihan solar," ungkap Bambang.
Baca Juga
Bambang mengungkapkan, kelebihan solar mencapai 400 ribu KL tersebut menjadi masalah tersendiri bagi Pertamina. Hal itu karena harus disalurkan dengan cara diekspor atau digunakan oleh badan usaha penjual BBM lain di dalam negeri.
Kelebihan solar tersebut akan dibicarakan ke Pemerintah. PT Pertamina mengusulkan agar Pemerintah tidak membuka izin impor solar sehingga badan usaha penjual BBM membeli solar Pertamina.
"Pertamina harus ekspor. Tahun depan ini. Tapi kita masih bingung juga. Kalau itu Pertamina kelebihan harus dijual, dibeli pesaing Pertamina. Nah kalau itu terjadi ini yang jadi masalah. Ini kelebihan solar mau dikemanakan?," ungkap dia.
Menurut Bambang, kelebihan produksi solar tersebut disebabkan oleh peningkatan produksi fasilitas pengolahan minyak mentah (kilang), penurunan konsumsi dan penerapan mandatori campuran biodisel pada solar sebesar 20 persen.
"Kapasitasnya RFCC kilang Cilacap sehingga juga menambah pasokan solar, apalagi konsumsinya turun, supalai nambah. Naiknya fame, artinya solar murninya juga jadi turun," pungkas dia. (Pew/Ahm)