Pria Ini Sukses Berbisnis Ikan Olahan Beromset Rp 40 Miliar

Nurhadi bercerita, awalnya dia merupakan karyawan biasa.

oleh Septian Deny diperbarui 13 Des 2015, 12:14 WIB
Diterbitkan 13 Des 2015, 12:14 WIB
Mantan Karyawan Sukses Berbisnis Perikanan Beromset Rp 40 Miliar
Nurhadi bercerita, awalnya dia merupakan karyawan biasa.

Liputan6.com, Jakarta Keputusan pria bernama Nurhadi untuk berwirausaha dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar rupanya berbuah manis. Terbukti, dia kini sukses memiliki industri pengolahan hasil perikanan yang mampu memasok produknya ke luar negeri.

Nurhadi bercerita, awalnya dia merupakan karyawan biasa. Namun karena jeli melihat peluang produk olahan dari bahan baku ikan, dirinya memutuskan untuk berhenti bekerja dan membangun perusahaan sendiri.

Perusahaan bernama PT Parlevliet Paraba Seafood yang berlokasi di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan ini awalnya hanya mengolah ikan tuna.

Namun berkat kejelian Nurhadi terhadap produk perikanan, kini perusahaan miliknya tersebut telah mampu memproduksi Tuna Lion segardan beku, tuna steak, tuna saku, kakap merah fillet, gold banded fillet dan mahi-mahi fillet.

"Saya dulunya karyawan, saat melihat ada peluang pada 1999 saya memundurkan diri. Dulu saya coba kecil-kecilan suplai ke pabrik-pabik, juga pengiriman antar pulau. Pada 2000 lalu, saya awalnya hanya tuna, sekarang macam-macam, mulai dari tuna, ikan pelagis, kakap merah, hingga kerapu," ujarnya di Jakarta, Minggu (13/12/2015).


Nurhadi mengaku saat memutuskan untuk berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja, hanya mengantongi uang Rp 4 juta. Uang tersebut yang kemudian dipakai sebagai modal usaha yang baru dirintisnya kala itu.

Di tahap awal, Nurhadi kesulitan mendapatkan bantuan permodalan dari perbankan. Hal ini salah satunya karena tidak adanya jaminan untuk mengajukan kredit usaha ke bank.

"Keluar dari perusahaan hanya punya uang Rp 4 juta. Jadi usaha itu dari modal sendiri. Baru pada 2012 kami dibantu bank swasta, karena kami sudah miliki tempat, juga investasi untuk jaminan," kata dia.

Nurhadi mengaku, selama ini tidak pernah mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku ikan segar. Hal ini karena Indonesia punya laut yang luas sehingga banyak sumber daya perikanan yang seharusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal. "Pembelian bahan baku dari Gorontalo, Palu, Ternate sampai Irian," lanjutnya.

Kini hasil jeri payah Nurhadi yang merintis usaha dari bawah telah membuahkan hasil. Jika di awal omset usahanya hanya hitungan juta, kini meningkat hingga menembus Rp 40 miliar per tahun.

"Omset perkembangan bagus, awalnya karena masih untuk pasar lokal penghasilan waktu itu Rp 5 juta-10 juta, sekarang satu tahun bisa dapat Rp 40 miliar," urai dia.

Omset yang terbilang fantastis tersebut lantaran produk-produk tidak lagi ditujukan untuk pasar lokal tetapi dirinya telah menyasar ke negara-negara maju seperti di kawasan Eropa, Amerika Serikat, Australia hingga Jepang.

"100 persen kami ekspor. Ada yang ke Eropa, Amerika Serikat, juga pasar Asia. Padahal dulu saya melayani pembelian antar pulau," jelasnya.

Selain soal materi, usaha yang digeluti ikut berdampak besar bagi lingkungan, lantaran mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. "Karyawan sekarang mencapai 60 orang, ada yang tetap dan ada juga yang harian," tandasnya.

Berkat kegigihannya, Nurhadi pun berhasil mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai juara I untuk kategori UKM Pengolahan Hasil Perikanan Terbaik Skala Menengah.(Dny/Nrm)

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya