Ini Strategi Agar RI Tak Terpukul Pelemahan Ekonomi China

Realisasi data indeks manufaktur China yang terjun ke level 48,2 pada Desember 2015 kianmemicu kecemasan terhadap kinerja ekonomi di sana

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 05 Jan 2016, 21:20 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2016, 21:20 WIB
Ekonomi China 2
China | Foto: The China Times

Liputan6.com, Jakarta - Realisasi data indeks manufaktur China yang terjun ke level 48,2 pada Desember 2015 semakin memicu kecemasan terhadap kinerja ekonomi di Negeri Tirai Bambu di tahun ini. Pemerintah bakal mengatur strategi agar pelemahan ekonomi China itu tak berpengaruh ke Indonesia. Salah satunya adalah dengan memacu perekonomian Indonesia melalui penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengakui bahwa ada kekhawatiran perekonomian China semakin melemah di tahun ini seiring pengumuman data indeks manufaktur China.

"Tapi bukan cuma China yang ekonominya tidak bagus, Brazil pun demikian. Sedangkan di Timur Tengah ada gejolak politik, sehingga secara umum kondisi global memang sedang tidak bagus," ujar Darmin di kantornya, Jakarta, Selasa (5/1/2015). 

Sebagai antisipasinya, Darmin mengaku, pemerintah Indonesia tetap akan menjalankan program-program yang telah disusun Kementerian/Lembaga, seperti pembangunan infrastruktur dalam rangka menggenjot investasi supaya pertumbuhan ekonomi terdorong naik.

"Kita akan bergerak cepat Januari ini. Besok ada penandatanganan kontrak-kontrak proyek yang akan dimulai segera di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat," jelas Darmin.

Sementara itu, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengungkapkan, pengumuman data indeks manufaktur China menekan pergerakan rupiah hari ini. Kurs rupiah sempat dibuka melemah ke level 1.950-13.970 per dolar AS akibat serangan faktor eksternal dari China dan geopolitik antara Arab Saudi dengan Iran yang mengerek penguatan dolar AS dan harga minyak dunia.

"Data indeks manufaktur China melambat selama 10 bulan berturut-turut pada tahun lalu sehingga memberi sentimen negatif ke hampir seluruh mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Juga faktor geopolitik Arab Saudi dan Iran," ujarnya.

Pelemahan tidak bertahan lama, kurs rupiah kembali bangkit dengan penguatan ke level 13.825 per dolar AS didorong sentimen positif dari penurunan harga BBM atau energi yang diumumkan pemerintah hari ini. (Fik/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya