Utang Luar Negeri RI pada November 2015 Tercatat US$ 304,6 Miliar

Utang swasta pada akhir November 2015 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik.

oleh Arthur Gideon diperbarui 19 Jan 2016, 10:30 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2016, 10:30 WIB
20151009-Dollar-Turun
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di Jakarta, Jumat (9/10/2015). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/10/2015) mengalami penguatan, bahkan bergerak ke level Rp 13.400. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada November 2015 tumbuh 3,2 persen (year on year). Lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Oktober 2015 sebesar 2,5 persen (yoy). Peningkatan utang luar negeri tersebut didorong oleh peningkatan pertumbuhan ULN berjangka panjang.

Utang luar negeri berjangka panjang tumbuh 6,1 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan Oktober 2015 yang sebesar 5,5 persen (yoy).  Sementara untuk utang luar negeri berjangka pendek justru mengalami penurunan 12,5, persen (yoy).

"Dengan pertumbuhan tersebut, posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir November 2015 tercatat sebesar US$ 304,6 miliar," jelas ‎Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara, seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (19/1/2016). 

Berdasarkan jangka waktu asal, posisi utang luar negeri Indonesia didominasi oleh utang berjangka panjang atau mencapai 86,6 persen dari total utang. Utang luar negeri berjangka panjang pada November 2015 mencapai US$ 263,9 miliar, terdiri dari ULN sektor publik sebesar US$ 134,8 miliar dan utang luar negeri sektor swasta sebesar US$ 129,1 miliar.

Sementara itu, utang luar negeri berjangka pendek sebesar US$ 40,7 miliar atau mencapai 13,4 persen dari total utang yang ada. Perinciannya, utang luar negeri sektor swasta sebesar US$ 37,7 miliar dan utang luar negeri sektor publik sebesar US$ 3 miliar. 

Berdasarkan kelompok peminjam, peningkatan pertumbuhan utang luar negeri pada November 2015 terjadi pada utang sektor swasta maupun utang sektor publik. Utang sektor swasta tumbuh 3,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 2,5 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh utang dari lembaga non bank.

Sementara itu, utang sektor publik tumbuh 2,9 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 2,6 persen (yoy). Dengan perkembangan tersebut, posisi ULN sektor publik dan swasta, masing-masing tercatat sebesar US$ 137,7 miliar dan US$ 166,8 miliar.

Menurut sektor ekonomi, utang swasta pada akhir November 2015 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa utang keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 75,9 persen.

Dibandingkan bulan sebelumnya, pertumbuhan tahunan ULN sektor keuangan, sektor industri pengolahan, dan sektor listrik, gas dan air bersih tercatat mengalami peningkatan. Sementara itu, pertumbuhan tahunan ULN sektor pertambangan mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya.

BI memandang perkembangan utang luar negeri November 2015 masih cukup sehat, namun perlu terus diwaspadai risikonya terhadap perekonomian.


Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN sektor swasta. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi. (Gdn/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya