Kembangkan Blok Masela, Metode Mana yang Lebih Menguntungkan?

Dalam pembahasan Blok Masela diminta jangan sampai hanya fokus pada perdebatan kilang darat (onshore) atau kilang laut (offshore).

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 01 Mar 2016, 10:00 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2016, 10:00 WIB
20151007-Rizal Ramli bahas blok Masela-Jakarta
Seorang melintas di depan layar peta usai pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli dengan perwakilan masyarakat Maluku di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015). Pertemuan membahas Blok Masela. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah masih mengkaji terkait keputusan pengembangan Blok Masela di Maluku. Itu karena pengembangan gas abadi tersebut masih menuai pro dan kontra terutama perihal lokasi fasilitasnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (Iress) Marwan Batubara meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersikap tegas dalam memutuskan hal ini. Serta perlunya melibatkan konsultan tidak hanya asing namun juga lokal dalam memutuskan pengembangan Blok Masela.

"Jangan asing aja dilibatkan, dari UI. Kajian lebih spesifik apa memang bener laut lebih murah. Makanya saya ingin Jokowi tegas jangan biarkan dua menteri beradu depan publik, ‎panggil saja. Lalu tugaskan staf dua kementerian libatkan Bappenas bikin kajian spesifik," jelas dia di Jakarta, Selasa (1/3/2016).

Dia juga mengingatkan supaya pengelolaan Blok Masela tersebut tidak hanya menguntungkan kepentingan asing.

"Saya berharap nggak masalah telat tapi bikin tim komprehensif orang kita banyak, jangan satu lembaga jangan didukung dua perusahaan ini," dia menjelaskan.

Anggota Komisi VII Satya W Yudha juga mengingatkan, dalam pembahasan Blok Masela jangan sampai hanya fokus pada perdebatan kilang darat (onshore) atau kilang laut (offshore). Pihak terkait diminta lebih baik fokus pada nilai manfaat serta tantangan global saat ini.


"Kita konsentrasi  berapa hitung-hitungan sebenarnya, jangan deviasi onshore vs floating. Saya nggak sependapat kalau kita mendikotomi itu. Sekarang mau dilibatkan negeri banyak, asingnya banyak tapi konsentrasi, berapa sih pendapatan negara, biaya dikeluarkan. Dunia sekarang over supply gas, kita bicara ini," tutur dia.

Kepala Unit Percepatan Proyek Abadi SKK Migas Ketut Budiarta memastikan dalam pengembangan Blok Masela tidak hanya menggunakan jasa konsultan asing namun juga lokal. Dari ini, diperoleh hasil jika offshore lebih menguntungkan.

"‎Sudah konsultan independen nasional, dan konsorsium konsultan melakukan  studi dan hasilnya floating memberikan keuntungan. Dia bisa onstream lebih cepat daripada onshore LNG," tambah dia.

Manfaat lain, offshore juga memberikan efek berkelanjutan yakni mempermudah distribusi gas ke kepulauan Maluku.

"Kemudian multiplier effect, daerah kepulauan dibanding eksisting LNG  darat Bontang, Arun, Papua, kalau berpikir tentang Maluku, itu kepulauan kalau semua ingin kepulauan terdistribusi LNG dapat gas untuk bangun listrik, pupuk. Sama aja floating mendistribusikan ke pulau-pulau lain‎," kata dia.

Hasil kajian tersebut juga diperkuat dengan ‎studi Shell dan Inpex yang menyatakan jika offshore juga lebih menguntungkan bagi Indonesia.

"‎Kami melakukan analisa itu, kami sampaikan, Shell sendiri sudah melakukan studi 2 tahun membentuk tim. Shell dan Inpex  dua tim berbeda offshore dan onshore tidak komunikasi,  melakukan studi masing-masing hasilnya floating LNG lebih memberikan manfaat buat proyek ini dari segi keseluruhan," tukas dia.(Amd/Nrm)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya