Kementan: Ada Permainan di Balik Kenaikan Harga Cabai

Kementerian Pertanian menduga melonjaknya harga cabai di pasar tradisional disebabkan karena adanya permainan dari pihak-pihak tertentu.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 13 Mar 2016, 13:36 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2016, 13:36 WIB
20151124-Awal Pekan, Harga Cabai Melambung Naik-Jakarta
Pedagang tengah menata cabai dagangannya di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (24/11). Harga cabai, baik cabai merah keriting dan rawit, mengalami kenaikan di pasar tradisional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian menduga melonjaknya harga cabai dan bawang merah di pasar tradisional disebabkan karena adanya permainan dari pihak-pihak tertentu. Dugaan tersebut muncul karena stok kedua komoditas tersebut saat ini masih cukup banyak dan bisa mencukupi kebutuhan.

Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Yasid Taufik mengatakan, harga cabai dan bawang merah di tingkat petani hingga grosir masih normal atau tidak ada kenaikan signifikan. Namun di tinggal pengecer, kenaikannya harga komoditas tersebut cukup besar. 

"Kalau grosir di pasar induk dari bulan ke bulan aman. Cabai untuk berbagai jenis di kisaran Rp 27 per kilogram (kg) dan hingga Rp 40 per kg. tapi di eceran naik hampir 100 persen.Sedanhkan dari petani cuma Rp 18 ribu per kg,‎" kata Yasid, di Kantor Direktorat Jederal Holtikultura Kementerian Pertanian,Jakarta, Minggu (13/3/2016).

Oleh sebab itu, Yasid menduga kenaikan harga tersebut bukan karena minimnya pasokan namun lebih disebabkan oleh tata niaga yang tidak sehat. tata niaga tak sehat tersebut terjadi dalam rantai antara produsen ke pengecer.

"Lompatan harga ini bias, ada tata niaga yang tidak sehat sehingga mekanisme di pasar tidak mengambarkan suplay dan demand," tutur dia.

Oleh karena itu, Kementerian Pertanian pun telah menindaklanjuti melambungnya harga cabai dan bawang merah dengan memastikan pasokan dari petani, setelah meninjau disentra produsen cabai dan bawang merah tidak ditemukan masalah produksi. "Kami bukan berbisnis, hanya memberi sinyal produksi tidak ada masalah,"tegas Yasid.

Yasid pun menyimpulkan, melambungnya harga cabdai dan bawang merah belakangan ini bukan disebabkan oleh kelangkaan pasokkan dari petani, tetapi ada pihak yang sengaja memainkan‎ pasokkan dari petani ke pasar sehingga terjadi kelangkaan yang mengakibatkan kenaikan harga dengan begitu pemain tersebut mendapatkan keuntungan yang besar. 

"Ada Priok yang besar dimainakan oleh midle man ini menarik, sampai moment kenaikan harga dimainkan untuk menaikan harga," jelas Yasid.

Untuk diketahui, harga cabai rawit merah di pasar tradisional di Jakarta terus melonjak. Saat ini, harga rata-rata cabai tersebut menembus Rp 60 ribu per kg.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (IKPPI) Abdullah Mansuri menjelaskan, kenaikan harga ini telah terjadi sejak seminggu lalu. "Di pasar tradisional di Jakarta di kisaran Rp 55 ribu-Rp 60 ribu per kg, itu sudah tidak normal. Kenaikannya sejak seminggu lalu," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com.

Dia menjelaskan, ada tiga faktor yang menyebabkan harga komoditas ini mengalami lonjakan harga. Pertama, sebagian besar Indonesia tengah memasuki musim hujan sehingga para petani memilih menanam tanaman pangan lain yang tahan hujan.

‎"Karena musim ada beberapa petani yang beralih tanam dari cabai ke sayuran. Curah hutan tinggi kalau tanam cabai cukup beresiko sehingga petani banyak yang beralih tanam," jelas dia.

Kedua, distribusi cabai ke Indonesia mengalami penurunan. Dan ketiga, IKPPI tengah menelusuri indikasi adanya‎ permainan spekulan di Pasar Induk Kramat Jati.

"Ada distribusi tapi kecil. Di awal-awal ada pengiriman cabai di Jawa Tengah ke Jakarta, tapi terkendala banjir, karena hujan barangnya jadi busuk. Ketiga, di Pasar Induk Kramat Jati kami sedang memantau apakah ada spekulan yang memainkan harga secara sepihak. Tiga faktor ini harga komoditas naik, memang hampir semua, tetapi yang mencolok cabai. Ini sudah tidak wajar," tandas dia. (Pew/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya