Terminal LNG Benoa Mampu Pasok Kebutuhan PLTG hingga 250 MW

Sejak dioperasikan pada April lalu, terminal berkapasitas 50 MMSCFD ini mampu mendukung kebutuhan pembangkit listrik hingga 250 MW

oleh Dewi Divianta diperbarui 05 Nov 2016, 17:01 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2016, 17:01 WIB
Pertagas, Terminal Receiving & Regasifikasi LNG Arun.
Pertagas, Terminal Receiving & Regasifikasi LNG Arun.

Liputan6.com, Jakarta ‎Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berkesempatan meninjau lokasi mini LNG Terminal Benoa yang diprakarsai PT Pelindo Energi Listrik, anak perusahaan PT Pelindo III. Dalam kesempatan itu, Budi terpukau dengan pengelolaan LNG yang menggunakan teknologi anak bangsa. Bagi dia, LNG merupakan karya sukses konversi solar ke bahan bakar gas.

“Saya sangat terkesan dengan pengelolaan LNG yang menggunakan teknologi hasil karya anak bangsa serta efisiensi yang dihasilkan jika tenaga listrik dikonversikan dari diesel ke LNG," kata Budi, ditulis Sabtu (5/11/2016). Ke depan, untuk pengembangan ke kawasan Indonesia Timur Budi berharap PT Pelindo Energi Listrik berkolaborasi dengan Kementerian Perhubungan dalam hal penyediaan infrastruktur terminal.

Sementara itu, Direktur PT Pelindo Energi Listrik, Gembong ‎Primadjaja menuturkan, Mini LNG Terminal Benoa adalah yang pertama di kawasan Asia Tenggara. Ia menjelaskan, sejak dioperasikan pada April lalu, terminal berkapasitas 50 MMSCFD ini mampu mendukung kebutuhan pembangkit listrik hingga 250 MW. "Keberadaan terminal ini menjadi salah satu solusi untuk percepatan pemenuhan pasokan energi primer bagi pembangkit listrik tenaga gas," ucap Gembong.

Mini LNG Terminal Benoa juga diapresiasi oleh Presiden Joko Widodo dalam kunjungannya pada Juni lalu lantaran mampu memasok gas untuk PLTDG Pesanggaran Bali sebesar 200 MW. "Dengan adanya pasokan gas ini, maka pemerintah dapat menghemat subsidi BBM hingga Rp 1,2 triliun dalam setahun," ujarnya.

Gembong menuturkan, ada beberapa keuntungan dari keberadaan terminal penerimaan LNG seperti di Pelabuhan Benoa ini. Pertama, teknologi ini sangat sesuai bagi negara archipelago dengan banyak pulau seperti Indonesia, karena dapat dibangun secara cepat dengan tingkat ekonomi dan teknologi yang sebanding.

"Kedua, teknologi dan operasionalnya telah dikuasai oleh anak bangsa," katanya. Ketiga, Mini LNG Terminal ini dapat mendatangkan keuntungan yang besar bagi negara melalui efisiensi, sehingga dapat mendorong program pengentasan kemiskinan dan peningkatan fasilitas di daerah pesisir yang belum teraliri listrik, terutama di daerah Indonesia Timur, termasuk pulau terdepan Indonesia.

"Keempat adalah proses penyimpanan LNG pada terminal dapat dimanfaatkan pula sebagai cold storage bagi nelayan atau penyimpanan vaksin untuk keperluan layanan medis di pelosok kepulauan Indonesia," tutur Gembong.

Kelima, dapat mengurangi ketergantungan industri dan transportasi laut dari konsumsi BBM yang semakin hari semakin langka dan mahal. (Dewi Divianta)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya