Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut, tahun ini merupakan tahun pemulihan bagi perekonomian Indonesia. Negara ini sudah mengalami perlambatan ekonomi selama dua tahun seiring pelemahan ekonomi global yang menyeret kinerja perdagangan dalam negeri.
"Tahun 2016 adalah tahun pemulihan ekonomi, karena ekonomi terpukul sejak 2014-2015 di mana harga komoditas turun tajam, begitupun dengan volume perdagangan," ucap Sri Mulyani saat acara Diskusi Ekonomi Indonesia Menyongsong 2017 di Auditorium SCTV, Jakarta, Kamis malam (17/11/2016).
Dari badai ketidakpastian ekonomi yang melanda dunia pada 2014-2015, kata dia, hanya sedikit negara yang dapat menjaga sumber pertumbuhan ekonomi domestik, salah satunya Indonesia.
Baca Juga
"Jadi tahun ini merupakan tahun recovery dan secara umum ekonomi Indonesia masih sangat sehat," Sri Mulyani menegaskan.
Namun demikian, dia mengakui Indonesia memiliki masalah khusus, yaitu persoalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN tahun 2014-2015 dinilai kelebihan estimasi (over estimate) dengan target penerimaan negara cukup tinggi.
"Sehingga kita melakukan koreksi APBN menjadi lebih kredibel, konsisten, dan suistanable. Pak Jokowi melakukan langkah menyesuaikan APBN, memotong anggaran Rp 165 triliun karena penerimaan pajak akan shortfall Rp 219 triliun," Sri Mulyani menjelaskan.
Namun, dia melanjutkan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5,04 persen hingga kuartal III-2016 yang ditopang pertumbuhan konsumsi masih sehat.
Advertisement
"Inflasi masih rendah 3,7 persen, dan sisi investasi tumbuh mendekati 5 persen," tandas Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.(Fik/Nrm)