Pengusaha Prediksi Konsumsi Daging Sapi Warga RI Naik di 2017

Konsumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.

oleh Nurmayanti diperbarui 19 Des 2016, 15:00 WIB
Diterbitkan 19 Des 2016, 15:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Konsumsi daging sapi per kapita masyarakat Indonesia pada tahun depan diprediksi tidak akan terlalu jauh berbeda dibandingkan tahun ini. Prediksinya konsumsi hanya naik dari 2,67 menjadi 2,7 kilogram (kg) per kapita per tahun.

Ketua APDI (Asosiasi Pedagang Daging Indonesia) Asnawi mengatakan, kenaikan konsumsi dipengaruhi berbagai kondisi. Seperti pertumbuhan ekonomi nasional, isu politik, nilai tukar rupiah dan lainnya.

"Kami kira maksimal (konsumsi) naik tipis dari 2,67 kg dari sebelumnya menjadi 2,7 kg per kapita per tahun di 2017," ujar dia di Jakarta, Senin (19/12/2016).

Namun, menurut dia, konsumsi daging sapi per kapita masyarakat ini masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Selain sapi, masyarakat Indonesia juga mengkonsumsi protein hewani lain seperti ayam dan babi.

Khusus harga daging di dalam negeri, dia menuturkan, saat ini masih bervariasi tergantung pada jenis dan kelasnya. Mulai dari Rp 95 ribu hingga Rp 120 ribu per kilogram (kg).

Perihal konsumsi daging, tren konsumsi daging wagyu  dinilai masih akan tinggi. Para penikmat wagyu di Ibukota sepertinya tidak akan pernah ada habisnya. Permintaan terhadap daging sapi berkualitas, khususnya untuk bahan baku steak, masih terus mengalir.

Pasalnya, daging yang memiliki cita rasa yang lembut dan lemak yang sehat ini memang lebih baik dari daging-daging jenis lainnya.

Seperti diungkapkan General Manager ABUBA Steak Didit Bimantono yang mengatakan, selalu ada varian baru untuk sajian steak setiap tahunnya. Banyaknya varian baru yang bermunculan berjalan seiring dengan pertumbuhan para penikmatnya.

"Bagi para penikmat daging, wagyu masih disukai karena rasanya dan kualitasnya yang tidak diragukan," jelasnya pada acara "1,1 kg Wagyu Eating Competition beberapa hari lalu.

Dia melanjutkan, wagyu memiliki kecenderungan genetik berupa pemarmeran (marbling) tinggi dan memroduksi lemak tak jenuh berminyak dalam jumlah besar, yaitu asam lemak omega-3 dan omega-6 yang lebih tinggi dari daging sapi lainnya.

Wagyu setidaknya memiliki 3 jenis marbeling mulai dari 4-5, 6-7 dan 8-9 semuanya memiliki aroma khas daging wagyu dan keempukan yang berbeda sesuai dengan tingkat marbling. Semakin tinggi marblingnya semakin empuk steaknya.

Kekhasan yang dimiliki wagyu ini pula yang membuatnya memiliki harga jual yang tinggi. Tidak hanya itu, wagyu juga menjadi menu utama di banyak restoran.

"Tingginya peminat wagyu ini juga terlihat dari Wagyu Eating Competition yang kami adakan. Jika pada tahun sebelumnya hanya ada 30 orang peserta, tahun ini, peserta yang turut serta lebih dari 50 orang," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya