Ada Tol Laut dan Kapal Ternak, Harga Daging Sapi Tetap Mahal

Pemberian subsidi ini ternyata belum mampu menurunkan harga daging sapi yang hingga kini masih bertahan di posisi Rp 120 ribu per kg

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Feb 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2017, 16:00 WIB

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyalurkan subsidi untuk kapal ternak hingga Rp 100 miliar. Pemberian subsidi ini salah satunya untuk menurunkan harga daging sapi yang bertengger di atas Rp 100 ribu per kg.

Namun pemberian subsidi ini ternyata belum mampu menurunkan harga daging sapi yang hingga kini masih bertahan di posisi Rp 120 ribu per kilogram (Kg).

Kondisi ini pun menuai pertanyaan Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub, Bay M Hasani. "Kita tuh sudah subsidi kapal ternak sampai Rp 100 miliar. Subsidi luar biasa besar, satu bulan dua kali mengangkut sapi, masing-masing 500 ekor, jadi 1.000 ekor dalam sebulan," ujar dia di Jakarta, Rabu (8/2/2017).

Dia melihat subsidi ini tidak berpengaruh terhadap harga daging sapi di pasaran. Harga daging sapi masih bertahan di posisi Rp 100 ribu sampai Rp 120 ribu per kilogram (kg).

"Harganya masih saja Rp 120 ribu per Kg. Padahal kita sudah bangun kapal, biaya operasional disubsidi, termasuk biaya pakan ternak dan dokter hewannya," papar dia.

Bahkan pada tahun ini, kata Bay, Kemenhub akan menambah pembangunan kapal ternak sebanyak 5 unit kapal.

Dia pun  berharap dapat bekerja sama dengan Asosiasi Pemilik Pelayaran Nasional Indonesia (Indonesia National Shipowners Association/INSA) untuk mewujudkannya. "Mungkin bisa kerja sama dengan INSA. Bisa disubsidi Terminal Handling Charge (THC)," dia menjelaskan.

Dia mengungkapkan, pemerintah telah menjalankan kegiatan tol laut dengan 6 unit kapal. Kemenhub bahkan sudah mengalokasikan anggaran subsidi untuk menjalankan tol laut dari Barat ke Timur.

"Bisa dibuktikan, kirim barang ke Larantuka sebelumnya pakai kapal komersial tarifnya Rp 12 juta per kontainer 20 feet, tapi karena ada tol laut jadi Rp 5 juta per kontainer. Jadi turunnya Rp 7 juta per kontainer," tutur dia.

Menurut dia, biaya logistik semen sudah turun meskipun belum signifikan. Saat ini harga semen di Jawa Rp 60 ribu per sak tidak berbeda jauh dengan di Manokwari Rp 80 ribu per sak.

"Yang salah adalah ketika mau diangkut dari Timika ke Wamena harus
menggunakan helikopter. Pakai pesawat komersial pun harganya sama, per
kilo semen dipungut tarif Rp 85 ribu," dia menuturkan.

"Jadi kalau per sak bisa Rp 400 ribu-Rp 500 ribu. Kalau dibawa lagi ke
Puncak Jaya satu sak ongkosnya Rp 1 juta, dan dibawa ke kampung bisa
Rp 3 juta itu harga semen," tambah Bay.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy
Ilham Masita mengatakan, selalu menjadi kambing hitam dari persoalan
mahalnya harga komoditas, seperti harga bahan pangan. Saat ini, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) disebut-sebut sebagai biang kerok dari
permasalahan ongkos logistik.

"Harga komoditas yang tinggi itu alasannya suplai dan demand tidak
imbang. Mau tarif logistik tinggi atau tidak, pasti harga komoditas
mahal. Harga cabai saja sekarang Rp 150 ribu, yang nanam cabai lebih
sedikit dibanding yang makan cabai," tandas dia. (Fik/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya