Buya Yahya Tak Izinkan Kotak Amal Berjalan di Majelis, Kenapa?

Buya Yahya juga menyebut bahwa kotak amal berjalan kadang menimbulkan suara koin yang mengganggu konsentrasi jamaah yang sedang menyimak ceramah

oleh Liputan6.com Diperbarui 20 Apr 2025, 10:30 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2025, 10:30 WIB
buya yahya 2221
KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya (YouTube)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pemandangan kotak amal yang berjalan dari satu jamaah ke jamaah lain saat pengajian menjadi hal yang lazim di banyak majelis taklim. Namun, hal ini justru tidak diperkenankan dalam majelis yang diasuh oleh ulama KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya.

Larangan tersebut bukan tanpa alasan. Buya Yahya menegaskan bahwa kotak amal berjalan bisa menimbulkan rasa tidak enak di antara jamaah, bahkan dikhawatirkan mengganggu kekhusyukan dalam menyimak kajian.

Dalam satu kesempatan ceramah, Buya Yahya menjelaskan bahwa dirinya tidak ingin ada tekanan sosial yang timbul dari keberadaan kotak amal yang berpindah-pindah dari tangan ke tangan.

Pendakwah kharismatik KH Yahya Zainul Ma'arif menyampaikan bahwa niat memberi sedekah harus datang dari hati yang ikhlas, bukan karena merasa tidak enak kepada orang di sebelahnya.

“Di sini tidak boleh ada kotak amal berjalan. Saya tidak mau,” ujar Buya Yahya dalam ceramahnya yang disampaikan kepada jamaah Al Bahjah, dikutip dari kanal YouTube @albahjah-tv, Sabtu (19/04/2025).

Ia menekankan bahwa bisa saja seseorang memberi bukan karena niat, tapi karena merasa tidak enak hati jika orang di sebelahnya memberi sedangkan dirinya tidak.

Menurutnya, suasana seperti itu bisa menjerumuskan seseorang ke dalam tindakan yang tidak tulus, bahkan bisa tergolong dalam kategori riya atau pura-pura memberi hanya karena tekanan situasi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Begini Kekhawatirannya

Ilustrasi kotak amal (Istimewa)
Ilustrasi kotak amal (Istimewa)... Selengkapnya

Dalam ceramah itu, Buya Yahya juga menyebut bahwa kotak amal berjalan kadang menimbulkan suara koin yang mengganggu konsentrasi jamaah yang sedang menyimak ceramah.

“Belum lagi bunyi krecek-krecek, orang sedang dengar ceramah kepotong. Jadi, walaupun di tempat lain boleh, kalau di sini saya tidak izinkan,” tegasnya.

Ia mengaku khawatir jika kotak amal berjalan membuat seseorang memberi bukan karena keinginan sendiri, melainkan karena rasa tidak enak terhadap jamaah lain, terlebih jika duduk di samping orang fakir.

“Bayangkan kalau orang kaya duduk di samping orang fakir, lalu kotak amal datang. Bisa-bisa yang kaya merasa terpaksa memberi. Ini yang saya hindari,” ujarnya lagi.

Menurutnya, memberi dengan terpaksa bukanlah sedekah yang bernilai tinggi di sisi Allah. Justru hal itu bisa menghilangkan keberkahan dari pemberian tersebut.

Buya Yahya juga menjelaskan bahwa di majelisnya tetap ada tempat untuk bersedekah, namun tidak dengan cara kotak berjalan. “Kami sediakan kotak amal besar. Kalau mau sedekah, datang saja ke sana, niatkan ikhlas,” jelasnya.

Ia meyakini, bila orang memang ingin mendapatkan pahala, maka ia akan datang dengan kesadaran dan keikhlasan sendiri, bukan karena digerakkan oleh kotak amal yang berjalan.

Bagaimana Kotal Amal di Tempat Lain Buya?

6 Potret Kotak Amal Masjid Berbentuk Unik, Ada yang Mirip Kuburan
Kotak amal masjid berbentuk unik. (Sumber: Twitter/wongdjokdja)... Selengkapnya

Buya Yahya juga mengingatkan agar umat tidak saling menyalahkan jika di tempat lain tradisi kotak amal berjalan masih dilakukan. “Kalau anda melihat kotak amal berjalan di tempat lain, itu urusan mereka. Anda tidak boleh mengkritik,” katanya.

Ia mengajak umat untuk menjaga adab dalam menyikapi perbedaan pendapat dan praktik dalam kegiatan keagamaan selama tidak bertentangan dengan syariat.

“Yang kami lakukan di sini adalah bentuk kehati-hatian. Kalau tempat lain masih menjalankan kotak amal berjalan, sah-sah saja,” tuturnya.

Namun, menurutnya, sangat penting untuk merasakan sendiri dampaknya. “Coba saja anda rasakan, kadang-kadang kotak amal itu bikin enggak enak,” tambahnya.

Buya Yahya menekankan bahwa setiap majelis memiliki kebijakannya masing-masing, dan hal itu tidak perlu menjadi bahan perdebatan di tengah umat.

Bagi jamaah yang rutin mengikuti kajian di Al Bahjah, kebijakan ini justru dianggap membuat suasana pengajian menjadi lebih khusyuk dan tidak terganggu.

Pengelolaan dana amal pun dilakukan secara transparan dan disalurkan untuk berbagai program dakwah dan sosial yang dikelola oleh LPD Al Bahjah.

Buya Yahya mengakhiri penjelasannya dengan menekankan bahwa memberi itu baik, tetapi menjaga keikhlasan dalam memberi adalah jauh lebih utama.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya