Liputan6.com, Jakarta - Faktanya, pola keuangan seseorang sudah terbentuk sejak umur 7 tahun. Bahkan, pada umur 3 tahun, anak sudah paham sedikit banyak mengenai konsep sederhana seperti, keharusan untuk menabung sebelum bisa membeli sesuatu. Inilah kenapa, financial literacy alias pendidikan finansial sudah sewajarnya dilakukan sejak dini.
Baca Juga
Sebagai orangtua, Anda menjadi figur pertama yang menjadi penentu kecerdasan finansial mereka kelak. Memang, tidak bisa dielakkan bahwa Anda ingin memanjakan dan melimpahi mereka dengan apapun yang terbaik.
Advertisement
Tapi, supaya tidak berlebihan dan malah membentuk kebiasaan keuangan yang buruk, sebaiknya Anda hindari 5 kesalahan yang sering dilakukan saat mengajari anak mengatur uang berikut ini seperti dikutip dari Tunaiku:
1. Mengimingi-imingi dengan uang
Menjaga kebersihan rumah sepantasnya menjadi kewajiban setiap anggota keluarga. Makanya, kebiasaan memberi upah apabila anak mencuci piring, membereskan kamar, atau pekerjaan rumah lainnya, adalah kebiasaan buruk.
Prinsip yang sama berlaku untuk prestasi sekolah si kecil. Membujuknya dengan iming-iming rupiah supaya rajin belajar juga hal yang salah. Selain memang enggak efektif, motivasi seperti ini sebaiknya datang dari dalam hati, bukan iming-iming dari luar.
2. Selalu mengiyakan permintaannya
Minta boneka, dituruti. Minta dibelikan kotak pensil baru, diiyakan. Hampir semua barang yang ditunjuk saat di mal, dimasukkan keranjang. Bukannya enggak boleh, tapi, sebagai orangtua, Anda berhak dan wajib mengajarkan si kecil nilai uang.
Dari mana uang itu datang, bagaimana cara mendapatkannya, atau bagaimana cara mengelola uang yang baik. Selalu menuruti keinginan si kecil sama saja mengajarkannya untuk boros!
3. Mengajarkan gengsi dan enggak mau kalah dengan yang lain
Hanya gara-gara teman-temannya punya 5 tas yang berganti-ganti setiap hari, bukan berarti si kecil harus menyaingikan? Setiap orangtua tentu ingin memberikan yang paling bagus untuk si kecil.
Tapi, motivasinya jangan hanya gara-gara takut kalah saing, ya. Justru, kamu harus mengajarkan sifat rendah hati dan bersyukur kepada mereka.
Mengesampingkan kebutuhan lain
4. Mengesampingkan kebutuhan lain demi keinginannya
Lagi-lagi,memberikan yang terbaik untuk si kecil, memang perlu. Tapi, bukan berarti dengan mengorbankan kebutuhan lain yang sama pentingnya, seperti, dana pensiun, cicilan rumah, atau asuransi. Tentukan prioritas dan bijaksanalah mengatur besaran rupiah yang dihabiskan.
Baca juga: Yuk, Mulai Ajari Anak Kita Mengatur Uang Melalui 5 Langkah Ini
5. Tidak melibatkan mereka secara langsung
Karena pelajaran mengelola keuangan belum menjadi mata pelajaran di sekolah, mau tak mau, orangtua menjadi contoh utama. Jujur dan terbukalah kepada mereka mengenai keuangan saat ini, baik pada saat kondisi buruk ataupun baik. Sekadar memberi tanpa melibatkan langsung, menghilangkan kesempatanmu mengajarkan mereka arti tanggung jawab.
Advertisement