Konsumsi dan Harga Acuan CP Aramco Bikin Subsidi Elpiji Bengkak

Anggaran subsidi elpiji 3 kilogram diperkirakan bertambah menjadi Rp 40 triliun pada 2017.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 07 Jun 2017, 10:45 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2017, 10:45 WIB
Cegah Subsidi Salah Sasaran, Pertamina Labeli Tabung Gas Elpiji 3Kg
Pekerja membongkar muat elpiji tiga kg di agen elpiji Karet Kuningan, Jakarta, Selasa (26/5/2015). Untuk menghindari subsidi yang tidak tepat sasaran, Pertamina melabeli gas tiga Kg dengan "Hanya untuk Masyarakat Miskin". (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan penyebab anggaran subsidi elpiji 3 kilogram (kg) bengkak menjadi Rp 40 triliun pada 2017. Anggaran subsidi elpiji itu bengkak dua kali lipat dari yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 sebesar Rp 20 triliun.

Direktur Pemasaran Pertamina, M Iskandar, mengatakan, pembengkakan anggaran subsidi elpiji 3 kg disebabkan oleh peningkatan konsumsi 7 persen per tahun. Dengan begitu, saat ini konsumsi elpiji mencapai 350 ribu ton per tahun pada 2017.

‎"Rata-rata setahun itu 7 persenan, ini nasional‎. Sekitar 4 tahun ini rata-rata sekitar itu," kata Iskandar, Rabu (7/6/2017).

Iskandar mengungkapkan, kenaikan harga acuan CP Aramco berdampak besar dalam anggaran subsidi ketimbang kenaikan konsumsi elpiji. Harga acuan CP Aramco ini merupakan acuan pasar untuk pembentukan harga LPG.

"Sekarang US$ 470 per ton, sempat US$ 490 per ton. Jadi tidak cukup makanya hampir dua kali lipat," ujar Iskandar.

Ia menuturkan, saat penetapan anggaran subsidi elpiji Rp 20 triliun dalam APBN 2017, harga CP Aramco masih berada di level US$ 300 per ton. Namun saat ini di luar dugaan, kenaikannya menjadi US$ ‎470 per ton.

"Waktu itu perkiraan asumsi harga elpiji US$ 300an masih murah. Sekarang sudah US$ 470-an bahkan pernah US$ 500. Itu yang membuat membengkak," tutur Iskandar.

Iskandar menjelaskan, harga keekonomian elpiji saat ini sudah mencapai Rp 10.500 per kg atau Rp 31.500 untuk tabung 3 kg. Namun karena disubsidi, masyarakat hanya dikenakan Rp 4.750 per kg. Dengan begitu, negara menomboki Rp 5.750 untuk setiap kg elpiji atau Rp 17.250 per kg.

Hal tersebut menunjukkan betapa besarnya uang untuk menombok jarak harga antara harga keekonomian, dengan ‎harga yang ditetapkan pemerintah. "Ini gede banget, lebih besar subsidi," ucap Iskandar.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Elia Masa Manik mengatakan, subsidi elpiji 3 kg dipatok Rp 20 triliun pada 2017. Namun ‎diperkirakan jatah tersebut tidak akan cukup, dan akan membengkak dua kali lipat menjadi Rp 40 triliun.

‎"‎Subsidi itu telah ditetapkan Rp 20 triliun. Tahun ini diperkirakan jadi Rp 40‎ triliun," tutur Elia.‎

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya