Liputan6.com, Jakarta - Qatar sedang diguncang krisis diplomatik terbesar sepanjang sejarah. Sebanyak sembilan negara memutus hubungan diplomatik atas tuduhan Qatar yang mendukung aksi terorisme.
Imbas dari krisis ini juga cukup mengguncang perekonomian Qatar. Melansir Gullfnews.com, Rabu (7/6/2017), sektor yang terkena imbas paling besar adalah sektor perdagangan.
Hal ini akan membuat negara ini merugi besar, apalagi kerja sama dagang Qatar dengan negara teluk pada 2016 mencapai US$ 11 miliar.
Advertisement
Baca Juga
Lebih dari itu, kerja sama Qatar dengan Uni Emirat Arab (UAE), Arab Saudi, dan Bahrain juga memiliki presentase tertinggi mencapai 86 persen dari total kerja sama dagang dengan negara Arab. Adanya pemutusan hubungan diplomatik tentu akan berimbas sangat besar pada perdagangan negara ini.
Sektor kedua yang juga dirugikan adalah ekspor. Ahli ekonomi negara Teluk, Mohammad Al Asoomi mengatakan pemutusan hubungan dinilai akan mampu mengurangi suplai komoditas yang akan berimbas pada kenaikan harga dan inflasi yang sangat besar di Qatar. Volume ekspor juga akan menurun disertai dengan penutupan produksi beberapa pabrik.
Transportasi juga turut mendapat kerugian akan hal ini. Konsultan Frost & Sullivan menyatakan Qatar Airways akan mengalami kerugian hingga 30 persen dari total pendapatan.
Faktanya, Qatar Airways harus menanggung kerugian setidaknya 52 dari 76 penerbangan per hari. Selain itu, mereka harus mengubah jalur penerbangan lama karena beberapa negara Teluk menutup jalur udara.
“Dengan demikian, mereka harus mengeluarkan anggaran yang lebih tinggi untuk bahan bakar dengan waktu penerbangan yang lebih panjang,” ujar Kepala Martin Consulting, Mark Martin.
Terakhir, sektor yang terkena imbas dari adanya hal ini adalah sektor finansial. Pada senin kemarin, bursa saham Qatar anjlok sesaat setelah perdagangan dibuka.
Nilai saham tergelincir 7,2 persen pada pukul 3 sore waktu setempat. Angka ini merupakan penurunan terbesar yang dialami bursa saham Qatar selama lebih dari 7 tahun.
Krisis diplomasi ini diperkirakan akan menimbulkan konsekuensi yang sangat besar. Bukan hanya bagi Qatar, melainkan juga bagi seluruh kepentingan politik negara-negara di Timur Tengah dan Barat.