Liputan6.com, New York Harga emas mencatat kenaikan mingguan terbesar dalam dua bulan seiring penguatan Euro yang menyeret Dolar ke posisi terlemahnya sejak Juni 2016. Pelemahan Dolar membuat bullion lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Melansir laman Reuters, Sabtu (22/7/2017), harga emas di pasar spot naik 0,87 persen menjadi US$ 1.255,06 per ounce. Harga emas mencapai posisi tertingginya US$ 1.255 sejak 26 Juni.
Baca Juga
Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus naik 0,75 persen ke level US$ 1.254,90 per ounce dan secara mingguan naik sampai 2,2 persen.
Advertisement
Sementara itu, imbal hasil obligasi jatuh setelah Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan, ECB tidak akan terburu-buru untuk kembali melakukan program pembelian aset.
Ini mendorong greenback mengalah terhadap mata uang utama lainnya, di mana indeks dolar mencapai posisi terendah lebih dari satu tahun.
"Bank-bank sentral telah mengambil nada yang lebih dovish dan dolar berimbas ke emas," kata Josh Graves, Analis Pasar Senior
RJO Futures Strategist di Chicago.
Emas memang sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga karena menurunkan harga emas.
Sementara emas menuai manfaat dari melemahnya dolar terhadap
Euro. Emas diprediksi akan kembali tertekan kenaikan tingkat bunga Federal Reserve.
Posisi emas diprediksi berada pada kisaran US$ 1.200 sampai US$ 1.250, menurut analis ABN AMRO, Georgette Boele.
Sementara harga logam mulia lainnya, perak naik 1,18 persen
ke posisi US$ 16.482 per ounce setelah menyentuh $ 16.509, tertinggi sejak 3 Juli.
Harga Perak naik 3,3 persen minggu ini, berada pada jalur kenaikan mingguan terbesar sejak Januari.
Harga Platinum naik 0,87 persen menjadi US$ 934,35 per ounce. Paladium naik 0,20 persen menjadi US$ 844,22.
Tonton video menarik berikut ini: