Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan pada 2025, sebanyak 20 persen mobil yang beredar di dalam negeri telah menggunakan dua sumber energi (hybrid), yaitu BBM dan listrik. Hal ini sebagai salah satu langkah pengembangan mobil listrik di Tanah Air.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pihaknya telah membuat peta jalan (road map) terkait kendaraan beremisi rendah. Salah satunya yaitu mobil hybrid ini.
"Kita sudah buatkan roadmap yang kita sebut low cost emision vehicle. Salah satunya pengembangannya yaitu mobil hybrid listrik," ujar dia di Padang, Sumatera Barat, seperti ditulis Minggu (27/8/2017).
Baca Juga
Dia menjelaskan, mobil hybrid tersebut memiliki standar konsumsi bahan bakar di atas 30 km per liter setara BBM. Dengan demikian, selain ramah lingkungan, mobil ini juga diharapkan lebih hemat bahan bakar.
"Ini adalah kendaraan bermotor yang basisnya kilometer (km) per liter, di atas 30 km per liter. Targetnya di 2025, 20 persen dari seluruh mobil yang beredar itu basisnya listrik, itu hybrid BBM dan listrik. Yang kemarin ditawarkan di pameran (GIIAS) 100 km per 2,5 liter. Jadi hampir 1 liter untuk 40 km," lanjut dia.
Menurut Airlangga, saat ini pihaknya tengah menyusun regulasi terkait kendaraan tersebut. Sedangkan prototipe mobil tersebut diberikan kepada kementerian dan lembaga (K/L) terkait untuk diuji coba.
"Sekarang kami sedang siapkan regulasinya, termasuk bea masuk kendaraannya. Kemenperin sudah bicara dengan Gaikindo dan ada waktu pameran kemarin beberapa prototipe sudah dipamerkan publik. Dan kita akan ada uji coba 10 kendaraan yang akan dibagikan ke kementerian lain, termasuk Kemenhub dan LHK agar prototipe ini bisa di tes," tandas dia.
Advertisement
PLN Jamin Pasokan Energi untuk Mobil Listrik
PT PLN (Persero) mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir kesulitan mengisi bahan bakar dalam menggunakan motor dan mobil listrik. Pasalnya, perusahaan tersebut sudah menyediakan infrastrukturnya.
Manajer Bidang Niaga dan Pelayanan Pelanggan PLN Disjaya Leo Basuki mengungkapkan, saat ini sebagian masyarakat masih khawatir dalam menggunakan motor mobil listrik di masa depan. Kekhawatiran tersebut berupa lamanya waktu pengisian dan infrastruktur pengisian sepanjang jarak yang mampu ditempuh mobil listrik.
"Orang itu dua apriori, ngisi berapa lama dan berapa jauh jarak tempuh," kata Leo, di Jakarta, Sabtu (27/8/2017).
Menurut Leo, PLN sudah menyediakan infrastruktur pengisian energi motor dan mobil listrik sejak 2012, dengan membangun Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU). PLN juga terus mengembangkan SPLU dengan mengubah bentuk dan mekanisme pemakaiannya.
"Adanya SPLU itu tidak perlu khawatir menggunakan motor listrik, Ini mematahkan apriori ini," ucapnya.
Menurut Leo, PLN sudah menyediakan 542 SPLU di Jakarta. Jumlah tersebut ditargetkan akan bertambah menjadi 1.000 unit sampai akhir 2017.
PLN juga akan terus mengembangkan SPLU mengikuti kebutuhan masyarakat.
"Kami menyediakan listrik ada di tempat umum, infrastrukturnya kami siap, karena PLN menyediakan jaringan listrik di setiap jalan, jadi tinggal dikasih stopkontaknya," tutur Leo.
Leo menjelaskan, SPLU yang disediakan saat ini tidak hanya melayani kebutuhan energi mobil listrik. Inovasi PLN tersebut awalnya untuk melayani kebutuhan listrik masyarakat di tempat umum, seperti untuk para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) atau pedagang kaki lima (PKL). Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi, SPLU pun dapat digunakan untuk mengisi ulang energi kendaraan listrik.
"Kalau listirk dia berhenti, tancapkan saja dan ditinggal, nanti ngisi sendiri. Ditinggal saja nanti penuh," tutup Leo.
Advertisement