Liputan6.com, Jakarta - Usulan mengatasi kemacetan di ruas tol Jakarta-Cikampek dengan sistem ganjil-genap, tampaknya urung dilaksanakan. Sebagai penggantinya, akan diberlakukan pembatasan kendaraan berat.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menuturkan, hal itu akan diberlakukan mulai pukul 06.00-09.00 dan 18.00-21.00, serta menambahkan bus feeder, yang akan mendapat kawalan khusus. Ini pun akan segera diberlakukan dalam waktu dekat.
"Satu sampai dua minggu ke depan (diberlakukan)," kata Budi di kantor Wakil Presiden Jakarta, Rabu (6/9/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dia menerangkan, sebenarnya kajian dan FGD (forum group discussion) yang dilakukan, sudah selesai sehingga pembatasan kendaraan berat bisa segera diberlakukan. "Sekarang-sekarang ini sudah selesai sebenarnya," ujar Budi.
Dia menuturkan, kebijakan pengganti ganjil-genap ini sudah dibicarakan dengan pelaku industri. Jadi sudah tidak ada masalah lagi. Terlebih hanya diberlakukan tiga jam.
"Kalau cuma 3 jam enggak apa-apa, mereka bisa malam. Kita dengan industri dekat. Jadi dia punya apa masalah, kita selesaikan. Kita ada inisiasi, ya juga sampai (diterima pengusaha)," pungkas Budi.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
Pembatasan Truk di Tol Jakarta-Cikampek
Sebelumnya penerapan kebijakan ganjil genap di ruas tol Jakarta-Cikampek dianggap kurang tepat untuk mengurangi kemacetan. Direktur Operasional II PT Jasa Marga (Persero) Tbk Subakti Syukur menilai selama ini yang membuat jalan tol Jakarta-Cikampek macet terkait keberadaan truk yang melintas di tol tersebut.
"Kita inginnya pembatasan kendaraan berat seperti truk itu saja di jam-jam tertentu saat arus padat, misalnya saat weekend atau seperti arus mudik itu," ujar Subakti di Kantor Kementerian Perhubungan, Kamis 24 Agustus 2017.
Dia mengatakan, kendaraan berat menjadi alasan kemacetan tol Jakarta-Cikampek bisa dibuktikan dengan data yang dikumpulkan Jasa Marga.
Menurut dia, saat pelaksanaan pembatasan kendaraan berat pada momen arus mudik, jumlah kendaraan yang melintas tol Jakarta-Cikampek mencapai 120 ribu kendaraan. Dengan jumlah kendaraan yang cukup banyak itu, tol Jakarta-Cikampek tetap lancar.
Sementara jika dibandingkan trafik harian tol Jakarta-Cikampek hanya sekitar 70 ribu kendaraan. Dengan jumlah yang sedikit, tol Jakarta-Cikampek justru lebih macet.
"Yang lebih parah lagi truk itu sering mogok. Kedua, dia jalannya lambat, overload lagi," tegas dia.
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) tengah mengkaji pembatasan operasional kendaraan berdasarkan plat nomor ganjil-genap. Wacana kebijakan tersebut merupakan salah satu usulan untuk mengatasi kemacetan di ruas tol Jakarta-Cikampek.
Kepala BPTJ, Bambang Prihantono mengungkapkan, kemacetan pada ruas jalan tol Jakarta-Cikampek telah mencapai titik yang serius karena beriringan dengan pembangunan tol layang, kereta api cepat, dan Light Rapid Transit (LRT) secara bersamaan.
Parahnya lagi, sambung dia, banyaknya kendaraan angkutan barang yang melaju di bawah ketentuan kecepatan batas minimal juga menambah berat beban kemacetan di ruas jalan tersebut. Pemerintah perlu mencari solusi serius dari semakin banyaknya volume kendaraan-kendaraan pribadi yang masuk ke ruas tol Jakarta-Cikampek, khususnya dari Bekasi.
"Kita perlu melakukan rekayasa lalu lintas agar lebih baik. Kita pun tengah berupaya memilih cara yang paling tepat dan memberi hasil yang optimal, meski harus memacu perubahan kebiasaan orang dalam bertransportasi," kata Bambang.