Banyak Utang, Toko Mainan Toys "R" Us di Ambang Kebangkrutan

Toko ritel penjual mainan global, Toys R Us, mengajukan perlindungan dari kebangkrutan karena beban utang.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 19 Sep 2017, 23:09 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2017, 23:09 WIB
Toys "R" Us (Foto: Reuters)
Toys "R" Us (Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta Toko ritel penjual mainan global, Toys "R" Us, mengajukan perlindungan dari kebangkrutan karena beban utang dan persaingan yang tiada henti dari toko online.

Peritel mainan yang memiliki jaringan 1.600 toko di 38 negara ini menyatakan bahwa mereka terpaksa melakukan itu di tengah upaya merestrukturisasi utang. Sehingga, pada akhirnya, mereka mengajukan perlindungan dari kebangkrutan.

Meski demikian, mereka berharap kinerja akan kembali naik jelang musim liburan yang akan datang.

"Ini tentu bukan pilihan kami," kata Chief Executive Toys R US, David Brandon, dalam suratnya, seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (19/9/2017).

Dia mengatakan, perusahaannya membutuhkan dana cepat untuk membangun persediaan demi memasok kebutuhan musim liburan yang menyumbang 40 persen dari pendapatan tahunan. Mereka mendapat utang baru senilai US$ 3,1 miliar untuk menstabilisasi operasi dan membuka kembali jaringan pasokan.


Persaingan Ketat

Salah satu alasan Toys R US melakukan hal ini adalah ketatnya persaingan dengan toko ritel online. Peritel online yang memungkinkan para konsumennya membeli barang tanpa harus keluar rumah. Contohnya adalah Amazon.com, peritel online terbesar di Amerika Serikat.

Untuk bersaing dengan Amazon, Toys R Us, juga toko lain seperti Wal-Mart dan Target, harus benar-benar memangkas harga produknya demi menjaga konsumen tetap datang ke toko mereka. "Ini membuat pendapatan dan juga cash flow turun dalam persaingan yang tak henti-henti," ujar Brandon.

Dalam surat perlindungan dari kebangkrutan yang diajukan di Virginia, Amerika Serikat, tertulis bahwa perusahaan punya utang lebih dari US$ 5 miliar, yang mereka bayar US$ 400 juta setiap tahun.

 

Toko Tetap Buka

Meski di ambang kebangkrutan, perusahaan tidak berencana menutup tokonya. Bahkan, jaringan toko global mereka akan beroperasi normal.

Pengajuan perlindungan kebangkrutan ini hanya terjadi di AS dan Kanada. Operasional di luar itu, termasuk 255 toko berlisensi, bukan merupakan bagian dari surat pengajuan ini. Bahkan, Toys "R Us Australia berencana membuka lima toko baru pada Natal tahun ini. Adapun jumlah sekarang sekitar 39 toko, menurut Manager Pemasaran Toys "R" Us Australia Jessica Donovan.

"Seperti peritel lainnya, keputusan mengenai penutupan toko dan pembukaan akan terus dilakukan asal itu masuk akal untuk bisnis," ujar juru bicara Toys "R" Us, Michael Freitag.

Mulai akhir Agustus, perusahaan mencoba mengatasi beban utangnya melalui pembicaraan dengan pemberi pinjaman jangka panjang. Pada 6 September lalu, laporan kebangkrutan dianggap sebagai awal "permainan domino yang berbahaya."

Perusahaan kehilangan kepercayaan dari hampir 40 persen vendor internasional dan domestik. Vendor tersebut menolak mengirimkan barang tanpa dibayar di muka, dibayar saat pengiriman, atau semua kewajiban pembayaran. Ini berarti, Toys "R" Us membutuhkan likuiditas US$ 1 miliar tambahan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya