Hadapi Era Digitalisasi Industri, RI Butuh Tenaga Kerja Handal

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, salah satu faktor mengembangkan e-commerce dengan tingkatkan kapasitas SDM.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Des 2017, 13:30 WIB
Diterbitkan 11 Des 2017, 13:30 WIB
BI Resmi Luncurkan Gerbang Pembayaran Nasional
Menko Perekonomian Darmin Nasution memberi sambutan dalam acara launching Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) di Gedung BI, Jakarta, Senin (4/12). BI meresmikan GPN sebagai sistem pembayaran yang terintegrasi di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan, saat ini dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 yang dikaitkan dengan era digital. Pemerintah dan pelaku usaha tidak mampu mengelak, namun bersiap menghadapinya dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM).

"Sekarang sudah revolusi industri 4.0. Apapun kita harus mencermati ini, tidak bisa kita menghindarinya," tegas Darmin saat Seminar Nasional Outlook Industri 2018 di Hotel Borobudur, Jakarta (11/12/2017).

Dia menuturkan, kehadiran marketplace atau e-commerce lebih banyak menjual produk impor. "Dalam era digital, kita harus cermat dan memilih apa yang bisa kita unggulkan karena produk yang kita hasilkan bukan yang teknologinya tinggi," tutur mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) itu.

Pemerintah ingin mengembangkan bisnis online atau e-commerce di Indonesia, salah satunya dengan meningkatkan kemampuan dan keahlian sumber daya manusia, salah satunya melalui pendidikan vokasional.

"Dalam rangka pengembangan e-commerce, ada satu faktor yang sangat krusial yakni kapasitas sumber daya manusia. Kami sudah punya programnya, tapi mewujudkan ini dalam skala besar susahnya bukan main," Darmin menerangkan.

Saat ini, dia bilang, ada industri yang tidak bisa berkembang dengan baik di tengah perkembangan era digital. Salah satunya industri padat karya seperti tekstil dan garmen yang diakui Darmin kalah dari Vietnam.

"Itu karena industri tekstil dan garmen kita belum pernah mengganti mesin-mesin secara sistematik. Ini hal yang perlu kita cermati betul, termasuk soal ketenagakerjaan, di mana undang-undangnya terus menimbulkan pro dan kontra," pungkas Darmin.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Era Digitalisasi Jangan Sampai Bikin RI Celaka

Sebelumnya Indonesia harus siap menghadapi terpaan gelombang digitalisasi yang akan membawa perubahan besar pada perekonomian nasional. Antisipasi perlu dilakukan agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga dan tidak jatuh dalam kondisi krisis seperti 1997-1998.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, Indonesia sedang berada pada satu era krusial di saat negara ini baru mulai mengatasi perlambatan sektor manufaktur.

"Kita berada pada satu era krusial. Baru juga mau masuk mengatasi perlambatan sektor manufaktur, kita sudah mulai harus masuk ke arena digital yang bukan hanya membutuhkan kecepatan, tapi kemampuan adaptif kita dalam dua tingkatan sekaligus," katanya di Gedung Indosat, Jakarta, Kamis 16 November 2017.

Dia menjelaskan, pemerintah berupaya keras menghentikan perlambatan ekonomi dan membalikkan kembali pertumbuhan ekonomi nasional. Pada 2015, pertumbuhan ekonomi sudah mencapai titik terendah dan berbalik cepat pada 2016 dengan berbagai langkah besar.

"Tapi di kuartal I, II, dan III mulai terlihat upaya membalikkan itu agak melambat. Kita harus akui kenaikan pertumbuhan ekonomi dari 5,0 persen menjadi 5,1 persen di tahun ini terlalu kecil," terang Darmin.

Pemerintah, dia melanjutkan, mulai mencari penyebab hal tersebut. Meski belum mengambil kesimpulan penyebab pasti perlambatan ekonomi, salah satunya ada persoalan penetrasi ekonomi dgital yang kian masif.

"Kondisi ini mempengaruhi perdagangan dan ritel. Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan perdagangan ritel mencapai 12,5 persen per tahun. Tapi sekarang 10,5 persen, jadi ada perlambatan," terang Darmin.

Menurutnya, pertumbuhan ritel melalui bisnis online (e-commerce) dalam 3 tahun sudah meningkat 30 kali lipat, meskipun dari sisi jumlah belum besar tapi tetap tumbuh," paparnya.

Era digitalisasi, lanjut dia, membawa perubahan pola konsumsi masyarakat. Terjadi pergeseran konsumsi dari belanja pakaian, dan lainnya menjadi lebih senang jalan-jalan (leisure) sehingga mendorong peningkatan pertumbuhan di industri perhotelan, transportasi.

"Kami menyadari sesuatu yang sedang terjadi. Ini mempengaruhi banyak hal, sehingga perlu diwaspadai dan menjadi konsen pemerintah karena sudah masuk gelombang ke-4 revolusi industri," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya