Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mencanangkan target ekspor mebel pada 2019 di angka US$ 5 miliar. Target tersebut sangat ambisius demi mengejar ketertinggalan dari Vietnam terkait pendistribusian industri mebel ke negara-negara lain dunia.
Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menilai, ekspor mebel Indonesia saat ini masih jauh di bawah Vietnam. Pada 2017 saja, ekspor mebel dan kerajinan Indonesia baru mencapai US$ 1,68 miliar.
"Kalau melihat data pertumbuhan ekspor mebel Indonesia dari 2006, kita tidak pernah menyentuh angka US$ 2 miliar. Vietnam saja tahun kemarin berhasil meraup keuntungan dari ekspor di sektor tersebut sebesar US$ 7,2 miliar," ungkapnya di Jakarta, Kamis (11/1/2018).
Advertisement
Baca Juga
Peringkat ekspor mebel di Asia Tenggara (ASEAN) pada 2017, di mana Vietnam adalah negara pengekspor mebel terbesar di kawasan tersebut. Indonesia sendiri hanya berada di posisi keempat, di bawah Malaysia dan Filipina.
"Indonesia dengan nilei ekspor US$ 1,68 miliar juga masih tertinggal dari negara-negara tertangga seperti Malaysia dan Filipina. Negara sekecil Singapura saja sudah berhasil ekspor mebel di angka US$ 1,6 miliar, cuma beda satu posisi di bawah kita," terangnya.
Abdul juga menyarankan pemerintah untuk ikut membantu sektor industri mebel demi mencapai target ekspor US$ 5 miliar pada dua tahun mendatang.
"Pemerintah dapat memberi bantuan, semisal dengan memberikan kemudahan penyediaan bahan baku, membantu perÂmodalan, hingga menurunkan suku bunÂga. Jika masih belum ada perubahan yang signifikan, ya target kita untuk ekspor mebel di 2019 masih akan sulit tergapai," keluh Abdul.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Perbandingan Jam dan Upah Kerja
Selain memberikan data ekspor pada 2017, Abdul juga membandingkan peraturan perihal jam dan upah kerja yang diterapkan di Indonesia dan Vietnam.
"Peraturan ketenagakerjaan di kedua negara ini berbeda. Jam kerja normal di Vietnam itu 48 jam, sementara di sini 40 jam. Itu seakan menandakan semangat kerja para pekerja Vietnam yang tinggi," tukasnya.
"Selain itu, kebijakan mengenai upah minimum di Vietnam sebesar US$ 145 juga lebih rendah daripada Indonesia, yang ditetapkan sebesar US$ 235 per bulan. Hal itu jelas membuat investor asing lebih melirik Vietnam daripada kita," jelas Abdul.
Abdul Sobur juga turut membahas mengenai ketersediaan bahan utama dalam pembuatan mebel, seperti rotan, logam, lem, dan veneer kayu.
"Vietnam sudah menyediakan banyak stok bahan-bahan pendukung itu untuk menunjang ekspor mebel di negaranya. Sementara kita masih belum maksimal dan harus diimpor," tegasnya.
Advertisement