Liputan6.com, Jakarta Industri mebel dan kerajinan dalam negeri tengah dihadapkan pada dua tantangan berat. Dua tantangan tersebut terjadi saat kondisi industri mebel yang tengah lesu dengan menurunnya ekspor ke pasar global.
Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Mugiyanto mengatakan, tantangan pertama yang dihadapi industri mebel dalam negeri yaitu soal inovasi desain produk yang bisa dipasarkan untuk konsumen internasional. Inovasi dan kreasi menjadi kunci agar produk yang dihasilkan berkembang menyesuaikan selera pasar.
"Tantangan kedua, soal kasus perdagangan kayu ilegal yang memengaruhi masa depan industri mebel di Indonesia karena terkait penyediaan bahan baku," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (26/10/2017).
Advertisement
Kedua tantangan ini menurut dia menjadi ujian yang tidak mudah bagi para pelaku industri mebel dan kerajinan kayu lokal. Hal ini tidak lepas dari kondisi industri mebel yang cenderung menurun.
Jika merujuk pada data tren penurunan nilai ekspor mebel, pada 2017 nilai ekspor mebel nasional hanya US$ 1,3 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian 2016 dan 2015, yang masing-masing sebesar US$ 1,6 miliar dan US$ 1,93 miliar.
Sedangkan nilai ekspor mebel Vietnam pada 2015 sudah mencapai US$ 6,9 miliar dan Malaysia sebesar US$ 2,4 miliar.
“Tantangan-tantangan inilah yang akan dihadapi Asmindo. Untuk itu, kami akan berkonsentrasi menggarap pasar mebel dalam negeri, selain tetap membidik peluang pasar ekspor," kata dia.
Diakui Mugiyanto, selama ini industri mebel lokal cenderung fokus pada pasar ekspor, sehingga tanpa disadari pasar lokal justru menjadi sasaran empuk bagi produk-produk impor.
"Bagaimanapun, pasar mebel dalam negeri tetap besar. Apalagi dengan maraknya pembangunan, baik apartemen, hotel, maupun bangunan perkantoran di sejumlah daerah, pasti membutuhkan banyak produk mebel,” lanjut dia.
Oleh sebab itu, salah satu yang akan dilakukannya Asmindo ke depan yaitu menjalin kerja sama dengan asosiasi usaha di bidang konstruksi agar bisa memasok kebutuhan mebel untuk apartemen dan hotel.
“Ke depan orientasi menguasai pasar dalam negeri akan menjadi fokus garapan Asmindo. Di pengurusan baru sudah dibentuk bidang kerja sama pemasaran dalam negeri. Mengembangkan konsep mebel nasional menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan pasar mebel dalam negeri. Asmindo akan berupaya mengembangkan desain mebel yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar dalam negeri sesuai dengan hasil riset,” jelas dia.
Sementara, terkait tantangan soal bahan baku, Asmindo akan membenahi masalah kelancaran pasokan bahan baku untuk meningkatkan daya saing produk. Pasokan bahan baku selama ini menjadi salah satu kendala karena industri butuh waktu relatif lama untuk mendapatkan bahan baku.
Asmindo juga akan berkoordinasi dengan pemerintah agar membantu anggotanya yang belum bisa mengakses sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu. Upaya-upaya ini akan segera menjadi garapan kepengurusan baru Asmindo dalam lima tahun ke depan.
“Semua dilakukan untuk memperkuat industri mebel di dalam negeri agar menjadi tuan rumah di negerinya sendiri,” tandas Mugiyanto.