Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan menerapkan tarif produk impor asal China senilai USD 50 miliar pada Jumat waktu setempat.
Hal itu memicu ketegangan di sektor perdagangan antara kedua negara dengan ekonomi terbesar tersebut. Pemerintahan China pun menanggapi hal tersebut dalam bentuk yang sama.
Trump mengatakan, AS akan memberi tarif tambahan jika China membalas. “Tarif ini sangat penting untuk mencegah transfer lebih tidak adil dari teknologi AS dan kekayaan intelektual ke China yang akan melindungi pekerjaan AS,” ujar Trump, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (16/6/2018).
Advertisement
Baca Juga
Bea Cukai AS akan mulai menerapkan tarif masuk untuk 818 produk senilai USD 34 miliar pada 6 Juli. Jumlah tersebut turun dari versi yang diluncurkan pada April termasuk televisi layar datar China, alat medis pernapasan, dan generator oksigen, serta bagian pendingin udara.
Pengenaan tarif tersebut juga termasuk mobil yang diimpor oleh General Motors Co dan Volvo serta mobil listrik. AS akan menambah tarif 284 produk lainnya senilai USD 16 miliar termasuk semikonduktor, berbagai macam barang elektronik dan plastik, serta produk yang mendapatkan subsidi dari pemerintahan China dalam program Made in China 2025.
Kantor berita resmi Xinhua melaporkan kalau China akan memberlakukan tarif 25 persen pada 659 produk AS mulai dari kedelai, mobil dan makanan laut. Daftar produk oleh China naik lebih dari enam kali lipat yang dirilis pada April. Akan tetapi, nilainya tetap USD 50 miliar karena sejumlah barang bernilai tinggi seperti pesawat komersial telah dihapus.
Potensi Perang Dagang Makin Besar
Potensi perang dagang antara China dan AS makin besar usai sejumlah perundingan gagal sejak awal Mei untuk menyelesaikan keluhan AS atas kebijakan industri China, kurangnya akses pasar di China, dan defisit perdagangan AS sebesar USD 375 miliar.
Analis Capital Economics mengatakan, dampak dari tarif terhadap ekonomi China akan kecil. Bahkan jika AS terapkan tarif USD 150 miliar, China dapat imbangi dengan kebijakan fiskal dan moneter.
“Tidak ada pihak yang akan dibawa untuk “berlutut”, yang merupakan salah satu alasan kalau perselisihan perdagangan dapat berlarut-lartu. Bagi China, para pemimpinnya akan bertekad untuk tidak terlihat mundur dari tekanan asing,” tulis Analis Capital Economics.
Sementara itu, Ekonom Senior Principal Global Investors, Robin Anderson menuturkan, risiko pengumuman tarif akan dapat melihat peningkatan eskalasi yang terus meningkat. Namun, fundamental ekonomi yang kuat di AS akan meredam dampak pasar.
Sebelumnya Trump juga memicu perang dagang dengan Kanada, Meksiko dan Uni Eropa atas tarif impor baja dan aluminium. Selain itu mengancam akan mengenakan bea untuk mobil Eropa.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement