Trump Ancam Tarif Impor 200 Persen untuk Wine Eropa

Apa yang memicu ancaman Trump? Berikut ulasannya.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 14 Mar 2025, 12:25 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2025, 12:25 WIB
Ilustrasi Wine
Ilustrasi wine. (Dok. Pixabay)... Selengkapnya

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump pada Kamis (13/3/2025) mengancam akan memberlakukan tarif sebesar 200 persen pada wine, sampanye, dan minuman beralkohol dari Eropa jika Uni Eropa melanjutkan rencana tarif 50 persen pada wiski Amerika Serikat (AS).

"Jika tarif ini tidak segera dicabut, AS akan segera memberlakukan tarif 200 persen pada semua ANGGUR, SAMPANYE, & PRODUK ALKOHOL YANG BERASAL DARI PRANCIS DAN NEGARA-NEGARA LAIN YANG DIWAKILI UE," tulis Trump. "Ini akan sangat baik untuk bisnis anggur dan sampanye di AS."

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada Kamis bahwa komisaris perdagangan Uni Eropa akan melakukan panggilan telepon pada Jumat (14/3) dengan mitra mereka di AS.

"Kami tidak menyukai tarif karena kami menganggap tarif adalah pajak dan itu buruk bagi bisnis serta konsumen," tutur von der Leyen seperti dikutip dari AP. "Kami selalu mengatakan bahwa kami akan membela kepentingan kami. Kami telah mengatakannya dan menunjukkannya, namun pada saat yang sama, saya juga ingin menekankan bahwa kami terbuka untuk negosiasi."

Trump telah memulai masa kepemimpinannya di Gedung Putih dengan serangkaian drama hampir setiap hari terkait kebijakan tarif. Dia berargumen bahwa meskipun mengenakan tarif impor mungkin menimbulkan beberapa dampak ekonomi negatif jangka pendek, kebijakan ini pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan manufaktur domestik dan meningkatkan penghargaan terhadap produk AS.

Holly Seidewand, pemilik First Fill Spirits, sebuah toko di Saratoga Springs, New York, mengatakan sebelum Trump mengancam akan memberlakukan tarif pada alkohol Eropa, industri minuman keras sudah terpukul oleh pengumuman PHK di sektor Bourbon Kentucky dan tarif yang direncanakan Uni Eropa pada minuman keras Amerika.

"Perang tarif yang berkelanjutan ini tidak hanya merugikan importir — ini melemahkan merek domestik, mengganggu distributor, dan menekan pengecer yang bergantung pada pasar global," kata dia. "Pada akhirnya, konsumenlah yang akan menanggung beban terbesar."

Gabriel Picard, yang mengepalai Federasi Eksportir Anggur dan Minuman Keras Prancis, mengatakan tarif 200 persen akan menjadi "pukulan palu godam" bagi sektor ini. Dia mengatakan pasar AS bernilai USD 4,3 miliar per tahun bagi eksportir anggur dan minuman keras Prancis.

"Tidak ada satu botol pun yang akan dikirim jika tarif 200 persen diterapkan pada produk kami. Semua ekspor ke AS akan benar-benar berhenti total," kata Picard. "Dengan tarif 200 persen, tidak ada lagi pasar."

Sampai saat ini, Eropa tidak mensinyalkan mundur.

"Prancis, bersama dengan Komisi Eropa dan mitra kami, bertekad untuk melawan. Kami tidak akan menyerah pada ancaman dan akan selalu melindungi industri kami," ujar Menteri Delegasi Perdagangan Luar Negeri Prancis Laurent Saint-Martin di platform media sosial X.

Ancaman tarif terbaru Trump menunjukkan bahwa bahkan perusahaan-perusahaan yang secara terbuka mendukungnya bisa menjadi korban collateral damage, memunculkan pertanyaan apakah komunitas bisnis yang lebih luas akan bersedia secara terbuka menantang serangkaian perang dagang yang telah melukai pasar saham dan menakuti konsumen yang khawatir inflasi akan memburuk.

Keluhan Trump soal Uni Eropa

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 4 Februari 2025 di Gedung Putih.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 4 Februari 2025 di Gedung Putih. (Dok. AP Photo/Alex Brandon)... Selengkapnya

Trump mengaku merasa dirugikan oleh Uni Eropa, di mana dia mengeluh kepada wartawan pada Kamis tentang kurangnya penjualan mobil AS di sana serta gugatan dan denda yang diajukan terhadap Google dan Meta, induk perusahaan Facebook.

"Mereka menggugat semua perusahaan ini dan mereka mengambil miliaran dolar dari perusahaan-perusahaan AS," kata Trump. "Dan saya kira mereka menggunakannya untuk menjalankan Eropa atau sesuatu."

Pada Rabu (12/3), Trump mengumumkan tarif baru untuk baja dan aluminium, secara terbuka menantang sekutu-sekutu AS. Dia bersumpah akan mengambil kembali kekayaan yang menurutnya "dicuri" oleh negara lain dan tak lama setelah pengumuman itu, dia langsung mendapat respons balasan.

Selain itu, Trump telah menerapkan tarif terpisah untuk Kanada, Meksiko, dan China. Dia berencana mengenakan tarif "timbal balik" pada impor dari Uni Eropa, Brasil, dan Korea Selatan, yang akan mulai berlaku pada 2 April.

Uni Eropa pun mengumumkan tindakan balasannya. Von der Leyen mengatakan, "Karena AS menerapkan tarif senilai USD 28 miliar, kami merespons dengan tindakan balasan senilai 26 miliar euro atau sekitar USD 28 miliar."

Tindakan tersebut mencakup tidak hanya produk baja dan aluminium, namun juga tekstil, peralatan rumah tangga, dan barang pertanian.

Juru bicara Komisi Eropa Olof Gill mengatakan pada Kamis, tidak lama sebelum pengumuman Trump, bahwa Uni Eropa "siap untuk apa pun yang mungkin terjadi dan kami telah mempersiapkannya selama lebih dari setahun."

"Kami menyerukan AS untuk segera mencabut tarif yang diberlakukan kemarin dan kami ingin bernegosiasi untuk menghindari tarif di masa depan," tambah Gill. "Tarif hanya menghasilkan hasil yang kalah-kalah, dan kami ingin fokus pada hasil yang menang-menang."

Sementara itu, pembuat wiski AS mendorong Trump membuat kesepakatan.

"Kami mendesak Presiden Trump untuk mengamankan kesepakatan minuman keras dengan Uni Eropa untuk mengembalikan kami ke tarif nol-untuk-nol, yang akan menciptakan lapangan kerja AS dan meningkatkan manufaktur serta ekspor untuk sektor perhotelan AS," ungkap Presiden dan CEO Distilled Spirits Council Chris Swonger.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya