Begini Modus Importir yang Jual Bombai Mini Jadi Bawang Merah

Keuntungan yang diraup importir bawang bombai mini mencapai Rp 1,24 triliun.

oleh Septian Deny diperbarui 22 Jun 2018, 17:20 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2018, 17:20 WIB
Ilustrasi bawang merah.
Ilustrasi bawang merah.(Liputan6.com/Maulandy)

Liputan6.com, Jakarta Importir diketahui berupaya mengelabui pemerintah untuk membayar bea masuk lebih murah saat mengimpor bawang bombai mini. Sementara mereka mendapatkan untung karena menjual bawang bombai mini tersebut sebagai bawang merah di pasar.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan) Yasid Taufik menuturkan manipulasi bawang bombai ini merugikan negara, sekaligus petani. Merugikan negara karena dikenakan bea masuk bawang bombai yang hanya 5 persen, tetapi dijual sebagai bawang merah yang bea masuknya 20 persen. “Importir belinya murah, jualnya mahal,” kata dia di Jakarta, Jumat (22/6/2018).

Dia menuturkan dari aksi ini, keuntungan yang diraup importir bawang bombai mencapai Rp 1,24 triliun. Dan apabila 50 persen bawang bombai merah mini penetrasi ke pasar bawang merah lokal, ada tambahan keuntungan lagi sebesar Rp 455 miliar. Sedangkan potensi dirugikan bagi petani bawang merah lokal bisa mencapai Rp 5,8 triliun.

Bawang bombai mini yang sebagian besar diekspor dari India ini masuk melalui pintu pelabuhan Tanjung Perak dan Belawan.

Modusnya dengan menyelipkan karung-karung berisi bombai mini pada sisi dalam kontainer sehingga menyulitkan pemeriksaan petugas. “Komposisi manipulasi juga tak tanggung-tangung, hampir 70 persen bawang bombai mini diimpor di antara bawang bombai besar,” dia menuturkan.

Menurut catatan Kementan, importir nakal yang diduga melanggar ketentuan hingga Juni 2018 memegang Surat Persetujuan Impor (SPI) sebanyak 73 ribu ton. 

Menurut Yasid, bawang bombai yang dibeli dengan harga Rp 2.500 per kg. Jika ditambah biaya-biaya pengiriman, clearance, dan sebagainya, biaya pokok di Indonesia menjadi sekitar Rp 6.000 per kg. Kemudian harga di tingkat distributor menjadi Rp 10 ribu per kg, dan harga di tingkat eceran sekitar Rp 14 ribu per kg. 

Dengan demikian, lanjut dia, ada selisih keuntungan bawang bombai mini sebesar Rp 8.000 per kg. Sedangkan harga bawang merah lokal di petani saat ini berkisar Rp 18 ribu per kg, dan di pasar retail sekitar Rp 25 ribu per kg.

Tonton Video Ini:

 

Daftar Hitam

Kementerian Pertanian (Kementan) kembali memasukkan lima importir bawang bombai dalam daftar hitam karena dinilai melakukan kecurangan. Inisial kelima perusahaan tersebut yaitu PT TAU, PT SMA, PT KAS, PT FMP, PT JS.

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan,  setidaknya ada 10 importir yang diduga mengimpor bawang bombai berukuran kurang dari lima sentimeter atau biasa disebut bawang bombai mini yang secara kasat mata menyerupai bawang merah lokal. 

Menurut dia, begitu masuk pasar, bawang bombai mini ini dijual sebagai bawang merah dengan harga jual lebih murah dari bawang merah lokal, sehingga harga bawang merah lokal anjlok drastis. 

“Dari 10 importir, ada 5 di antaranya sudah diaudit Kementan dan dikenakan sanksi blacklist dari Kementan. Dengan terkena blacklist, importir nakal tidak lagi boleh mengimpor bahan pangan serupa, tidak  boleh lagi membuat perusahaan importir bahan pangan, tidak boleh melakukan usaha di bisnis pangan. Karena hanya dinikmati segelintir orang tapi yang terkena dampaknya 200 juta lebih pendidik Indonesia," ujar dia.

Amran mengungkapkan, blacklist tidak hanya diberikan kepada kelima tersebut saja, juga kepada pihak-pihak yang menjadi mitranya. Sebab, hal ini menyangkut komitmen Kementan untuk menjaga harga bahan pangan hasil pertanian guna melindungi petani.

“Nilai Rp 100 sangat berharga bagi saudara kita petani di Indonesia. Maka jangan main-main dengan bahan pangan, bermain untuk keuntungan sendiri. Namun begitu, di luar itu semua kita patut bersyukur karena selama bulan Ramadan hingga usai Lebaran, stok pangan tersedia sehingga harga stabil,” lanjut dia.

Saat ini produksi bawang merah di dalam negeri per tahun mencapai lebih dari 1,45 juta ton. Sementara kebutuhan konsumsi berkisar 1,2 juta ton, sehingga terjadi surplus. 

Pada 2017, Indonesia juga telah mampu mengekspor lebih dari 7.750 ton ke berbagai negara seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Singapura, Timor Leste dan Taiwan. Tahun ini ditargetkan ekspor meningkat lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya mengingat panen bawang merah melimpah.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya