Intip Progres Pembangunan 3 Bendungan Baru di Sulsel

Ini progres pembangunan tiga bendungan di Provinsi Sulawesi Selatan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 29 Jun 2018, 10:45 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2018, 10:45 WIB
Bendungan Passeloreng (Dok Foto: Kementerian PUPR)
Bendungan Passeloreng (Dok Foto: Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan tiga bendungan di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), yakni Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Karalloe di Kabupaten Gowa, dan bendungan Pamukkulu di Kabupaten Takalar.

Pembangunan ketiga bendungan itu diharapkan akan meningkatkan tampungan air sebesar 261,23 juta meter kubik (m3). Salah satu tujuannya untuk meningkatkan suplai air irigasi di Sulsel yang dikenal sebagai salah satu sentra pangan nasional.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono optimistis, penyelesaian ketiga bendungan yang menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN) akan selesai tepat waktu.

"Bendungan Paselloreng ditargetkan rampung Desember 2018," kata dia dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (29/6/2018).

Sementara untuk Bendungan Karalloe, sambung Basuki, konstruksinya sudah dimulai lebih dulu, namun sempat mengalami masalah pengadaan lahan. Namun saat ini bisa diselesaikan, dan diharapkan progres konstruksi tidak mengalami kendala lagi.

"Untuk Bendungan Pamukkulu sudah mulai konstruksi akhir 2017, yakni pembangunan jalan akses dan penyiapan lahan kerja," dia menambahkan. 

Terkait biaya pembebasan lahan, ketiga bendungan tersebut menggunakan mekanisme dana talangan. Melalui mekanisme tersebut, kontraktor dapat membayar lahan yang telah siap dibebaskan dan akan diganti pembayarannya oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

 

 

 

Bendungan Passeloreng Selesai 2018

Bendungan Passeloreng (Dok Foto: Kementerian PUPR)
Bendungan Passeloreng (Dok Foto: Kementerian PUPR)

Untuk Bendungan Paselloreng, sudah mulai dibangun sejak pertengahan 2015. Adapun kapasitas tampung maksimal bendungan yakni 138 juta m3, atau 9 kali lebih besar dari Bendungan Raknamo dengan kapasitas 14 juta m3 yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) awal 2018.

Bendungan ini nantinya akan bermanfaat menjadi sumber air baku untuk empat kecamatan di Kabupaten Wajo sebesar 305 liter per detik, pembangkit listrik mikrohidro 2,5 MW, konservasi air, pengendali banjir Sungai Gilireng, perikanan air tawar, dan pariwisata.

Konstruksi Bendungan Paselloreng dikerjakan oleh PT Wijaya Karya dan PT Bumi Karsa secara kerja sama Operasi (KSO), dengan biaya Rp 736 miliar. Sementara sebagai konsultan supervisi ialah PT Mettana, PT Timor Konsultan dan PT Raya Konsultan (KSO) dengan nilai kontrak supervisi sebesar Rp 37,5 miliar. Progres fisik Bendungan Paselloreng hingga Juni 2018 telah mencapai 73,01 persen.

Nantinya, bendungan tersebut merupakan salah satu dari sembilan bendungan yang akan rampung 2018, di samping Bendungan Rotiklod di NTT, Tanju-Mila-Bintang Bano di NTB, Gondang dan Logung di Jawa Tengah, Sei Gong di Batam, serta Sindang Heula di Banten.

Bendungan Karalloe

Bendungan Karalloe (Dok Foto: Kementerian PUPR)
Bendungan Karalloe (Dok Foto: Kementerian PUPR)

Sementara itu, Bendungan Karalloe mulai dibangun sejak Desember 2013. Saat ini, progresnya sudah mencapai 53,81 persen dan ditargetkan rampung pada 2019.

Adapun bendungan memiliki kapasitas sebesar 40,53 juta m3 yang akan digunakan mengairi lahan irigasi seluas 7 ribu ha, sumber air baku 440 liter per detik, pembangkit listrik mikrohidro 4,5 MW, pengendali banjir, konservasi air, dan pariwisata.

Konstruksi bendungan dikerjakan oleh PT Nindya Karya (Persero) sebesar Rp 568 miliar, dan konsultan supervisi oleh PT Widya Graha Asana, PT Tata Guna Patria, PT Bintang Tirta Pratama, dan PT Catur Bina Guna Persada (KSO) dengan nilai Rp 15 miliar.

 

Bendungan Pamukkulu

Bendungan Pamukkulu (Dok Foto: Kementerian PUPR)
Bendungan Pamukkulu (Dok Foto: Kementerian PUPR)

Di lain sisi, Bendungan Pamukkulu telah memulai pengerjaan pada November 2017. Bendung ini memiliki kapasitas tampung maksimum 82,7 juta m3. Nantinya, tempat ini bermanfaat menyuplai irigasi seluas 6.150 ha, penyediaan air baku Kota Takalar sebesar 160 liter per detik, pengendalian banjir, konservasi air, pengembangan pariwisata, dan perikanan air tawar.

Pembangunannya dibagi menjadi dua paket konstruksi. Paket 1 senilai Rp 852 miliar dikerjakan PT Wijaya Karya (Persero), PT Daya Mulia Turangga (KSO) untuk pembangunan bendungan utama. Untuk Paket 2 senilai Rp 811 miliar, itu dikerjakan oleh PT Nindya Karya dengan pekerjaan di antaranya relokasi jalan dan rehabilitasi jalan masuk, terowongan pengelak, bendungan pelimpah, serta pekerjaan hidromekanikal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya