Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyiapkan anggaran Rp 300 miliar untuk menyubsidi tarif LRT Palembang. Subsidi ini diharapkan dapat mencukupi untuk jangka waktu tiga tahun.
“Tarif kita tetapkan Rp 5.000, jarak dekat Rp 10 ribu untuk rute ke bandara. Itu subsidinya Rp 200-Rp 300 miliar per tahun. Harapan kita dalam 3 tahun sudah bisa cover (tercukupi), tidak perlu lagi (disubsidi) dan bisa jalan dengan sendirinya,” ujar Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Rabu (1/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Hal ini, menurut Menhub, karena sejumlah kegiatan operasional LRT bisa menghasilkan pendapatan bagi operator LRT. Namun diakui jika tidak ada subsidi maka tarif LRT yang dibayar masyarakat bisa mencapai dua kali lipat.
Dijelaskan Menhub saat ini Pemerintah Daerah masih memiliki tugas untuk menginterkoneksikan LRT dengan moda transportasi yang ada.
“Ada bus Trans Musi dari Sungai Batang ke Puncak, itu adalah bagian koneksi dari perjumpaan lalu lintas dengan LRT. Feeder itu yang harus dipikirkan pemda untuk LRT sebagai angkutan utama. Kita akan kerjasama dengan Pemda,” ungkap dia.
Terkait waktu tempuh disebutkan jika saat ini masih ada sedikit kendala karena kecepatan LRT Palembang belum maksimal. Menhub menargetkan waktu tempuh LRT dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II menuju Jakabaring selama 45 menit.
“Tentang kecepatan, sekarang baru 4 TOD (Transit Oriented Development) digunakan. Setelah Asian Games akan kita lakukan dengan baik. Kalau sekarang perlu waktu 60 menit, nanti 45 menit,” ujar dia.
Menhub menargetkan pada bulan Oktober seluruh stasiun LRT Palembang dapat beroperasi keseluruhan.
Selama penyelenggaraan Asian Games 2018 khususnya yang dilaksanakan di Palembang, Menhub menyebut seluruh atlet dan official dapat menggunakan LRT tanpa dipungut biaya. Akan ada kartu khusus bagi atlet dan official peserta Asian Games yang menggunakan LRT.
Tiket LRT Palembang Disubsidi Sampai 2019
Kereta api ringan atau light rail trainset (LRT) Palembang, Sumatera Selatan resmi beroperasi secara komersial mulai hari ini, Rabu (1/8/2018).
Tarif LRT yang diterapkan yakni sebesar Rp 5.000 ke semua tujuan, kecuali penumpang yang naik dan turun dari stasiun Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, harus merogoh kocek Rp 10.000.
"Tarif Rp 5.000 itu untuk commuter antar stasiun. Sedang kalau naik turun bandara Rp 10 ribu. Ini biasa di mana-mana, jadi memang itu yang ke bandara masyarakat ability to pay-nya lebih tinggi dibandingkan commuter," Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Zulfikri di Palembang.
Zulfikri menuturkan, tarif tersebut cukup terjangkau karena masih disubsidi pemerintah. Jika dihitung dengan investasi proyek Rp 10,9 triliun, harga keekonomian tiket LRT berkisar Rp 30 ribu.
Baca Juga
"Untuk saat ini masih subsidi, sampai akhir tahun masih subsidi. Mungkin tahun depan juga masih subsidi karena kalau kita fullcovery comercial yaa kayaknya enggak mungkin ya," paparnya.
Untuk menutupi subsidi tersebut, lanjut dia, Kemenhub akan mencoba mengomersialkan aset-aset LRT yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan. Adapun tiang-tiang LRT bisa digunakan untuk sarana reklame, lalu bidang lahan di area LRTjuga bisa dimanfaatkan untuk proyek properti transit oriented development (TOD).
Pengoperasian LRT Palembang akan dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia. Rencananya dari 13 stasiun, baru 6 stasiun beroperasi mulai 1 Agustus 2018 yakni stasiun DJKA, Jakabaring, Ampera, Cinde, Bumi Sriwijaya dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II.
Setidaknya ada 6 rangkaian kereta LRT yang melayani masyarakat umum, atlet dan official saat Asian Games 2018. Sedangkan dua rangkaian sisanya akan digunakan sebagai kereta cadangan di Depo Jakabaring. Satu rangkaian kereta bisa mengangkut maksimal 534 penumpang.
"Kalau saat Asian Games, dengan 6 stasiun kami operasikan, hasil simulasi kami akan operasikan enam kereta, dengan headway sekitar 22 menit untuk jarak tempuh sekitar 50 sampai 60 menit," paparnya.
Tonton Video Menarik Ini:
Advertisement