Liputan6.com, Jakarta - Presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memutuskan untuk menggandeng Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi di Pilpres 2019. Bagaimana pengaruh keputusan itu kepada ekonomi RI jika pasangan tersebut terpilih lagi?
Tim Ahli Ekonomi dari Komite Ekonomi Nasional dan Industri (KEIN) Ronny P Sasmita mengatakan, terpilihnya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai cawapres menandakan bahwa Jokowi kian percaya diri dalam mengatasi persoalan ekonomi di Indonesia.
"Jokowi terlihat sangat percaya diri bahwa ke depan ekonomi nasional bisa bergerak bagus tanpa kehadiran wakil yang paham dengan sektor ekonomi," kara Ronny kepada Liputan6.com, Jumat (10/8/2018).
Advertisement
Baca Juga
Tidak hanya itu, hal itu juga menandakan bahwa Jokowi yakin ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan akan lebih baik. Untuk itu tidak ada keharusan Jokowi memlih wakil presiden yang memiliki latar belakang panjang di bidang ekonomi.
Ditetapkannya pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin, Ronny berpendapat bahwa arah mantan Gubernur DKI Jakarta itu cenderung menstabilkan situasi politik RI yang rentan akan isu-isu agama. Tentunya secara tidak langsung ini akan berdampak terhadap kestabilan ekonomi dan investasi.
"Stabilitas politik yang diharapkan oleh Jokowi dari pemilihan Ma'ruf memang bagus secara ekonomi. Jokowi terlihat ingin menghaluskan tensi politik. Tapi di sisi lain, Jokowi juga terlihat sangat percaya diri bahwa ke depan ekonomi nasional bisa bergerak bagus tanpa kehadiran wakil yang paham dengan sektor ekonomi," paparnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Isu SARA Tak Jadi Mainan Politik Lagi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memutuskan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KM Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden untuk mendampinginya di Pilpres 2019. Keputusan itu, diambil setelah konsultasi dengan berbagai pihak.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengatakan, pemilihan Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden membawa dampak positif bagi Indonesia. Sebab, isu SARA tidak lagi menjadi mainan politik di pemilihan presiden mendatang.
"Ada positif-negatif. Positifnya sosok cawapres Jokowi yang berasal dari MUI dan NU mampu menciptakan stabilitas karena isu SARA bisa diredam. Pertarungan pilpres harapannya adalah pertarungan konsep dan gagasan sehingga tidak terjadi kegaduhan yang berlebihan," ujar Bima.
Namun demikian, keputusan ini cukup mengagetkan bagi pasar. Awalnya, pasar berharap sosok pendamping Jokowi berasal dari tokoh yang berpengalaman di bidang ekonomi. Mengingat sejumlah gejolak ekonomi terus terjadi beberapa waktu belakangan.
"Pelaku pasar awalnya berharap sosok pendamping jokowi berasal dari tokoh yang berpengalaman dibidang ekonomi bisa birokrat, akademisi atau pengusaha. Permasalahan ekonomi saat ini tidak kalah urgent dengan persoalan identitas dan kebinekaan," jelasnya.
"Pelemahan kurs rupiah, tekanan daya beli, kondisi global yang dinamis dan loyonya kinerja ekspor mendesak untuk dicari solusinya. Presiden butuh sosok tim ekonomi yang kuat di 2019," tandasnya.
Advertisement
Jokowi Gandeng Ma'ruf Amin untuk Cawapres 2019
Jokowi akhirnya memutuskan menggandeng Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden yang akan mendampingi di Pilpres 2019. Putusan itu didukung oleh sembilan parpol koalisi pendukung Jokowi, yaitu Partai Nasdem, Partai Hanura, Partai Golkar, PKB, PPP, PDIP, PSI, Perindo, dan PKPI.
Kepastian Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi disampaikan dalam deklarasi pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin yang juga dihadiri sembilan ketua umum parpol pendukung Jokowi.
BACA JUGA
"Saya memutuskan dan telah mendapatkan persetujuan dari partai-partai koalisi, yaitu Koalisi Indonesia Kerja bahwa yang akan mendampingi saya sebagai cawapres periode 2019-2024 adalah Profesor Doktor Ma'ruf Amin," kata Jokowi di Restoran Plataran Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (9/8/2018) malam.
Deklarasi ini menyudahi banyak spekulasi yang berkembang selama ini tentang sosok yang akan dipilih Jokowi sebagai cawapres. Pilihan Jokowi akhirnya berlabuh pada Ketua MUI tersebut.