Ekspor RI ke Australia Bakal Naik 20 Persen

Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Australia (IA-CEPA) akan banyak menguntungkan Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Sep 2018, 15:15 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2018, 15:15 WIB
Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Sebuah kapal bersandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Penyebab kinerja ekspor sedikit melambat karena dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dan mitra dagang utama, seperti AS, China, dan Jepang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Australia yang tertuang dalam Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) dinilai akan banyak menguntungkan Indonesia.

Bahkan kerja sama ini diperkirakan dongkrak ekspor produk Indonesia ke Negeri Kanguru hingga 20 persen. Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Imam Pambagyo mengatakan, Indonesia punya potensi besar untuk mendorong ekspor produk-produk pertanian melalui kerja sama ini. Contohnya, untuk komoditas mangga, pisang, durian dan salak.

Namun demikian, agar memberikan nilai tambah yang lebih besar, produk-produk tersebut harus diolah terlebih dahulu sehingga menjadi produk jadi bernilai tinggi.

"Kita ada mangga, pisang, salak, durian. Tidak lupa produk makanan olahan. Mungkin jual mangga glondongan nilainya tidak banyak. Jadi justru di sektor olahan, mangga jadi nilai tambah. 

Jadi produk olahannya di sektor pertanian," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Jumat (7/9/2018).

Sementara itu, Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, secara umum, produk-produk yang berpeluang meningkat ekspornya dengan adanya perjanjian kerjasama ini seperti kendaraan, produk obat-obatan, produk elektronik, dan produk olahan kayu. 

"Ini sudah nol (bea masuk). Mereka (pengusaha Indonesia) sudah dapat, paling tidak 20 persen (ekspornya) akan naik," kata dia.

Selain ekspor, kerja sama ini juga diharapkan meningkatkan investasi asing asal Australia ke Indonesia. Hal serupa didapatkan Vietnam yang telah terlebih dulu membuat perjanjian kerjasama dengan Negeri Kanguru tersebut.

"Contohnya vietnam, sebelum (perjanjian kerja sama diratifikasi, tapi investor Australia sudah banyak yang datang ke Vietnam. Dan kami tidak menutup kemungkinan dunia usaha perusahaan besar Indonesia yang investasi ke luar negeri. Ada beberapa yang sudah familiar dengan Australia. Seperti properti sudah besar di sana," ujar dia.

 

Produk RI Nikmati Bea Masuk 0 Persen ke Australia

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Suasana pelayaran di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Indonesia diprediksi akan kembali mendulang surplus neraca perdagangan di April 2017 di bawah US$ 1 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, perundingan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Australia atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) telah memasuki babak akhir.

Setelah enam tahun dirundingkan, pada November 2018 perjanjian kerja sama tersebut akan ditandatangani oleh kedua negara. 

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Imam Pambagyo mengatakan, pencapaian perjanjian kerja sama ini menjadi angin segar bagi Indonesia di tengah kondisi global seperti saat ini. Melalui kerja sama ini, Indonesia bisa menggenjot ekspor produknya ke Australia.

"Capaian ini merupakan momentum yang tepat bagi kedua negara di tengah situasi saat ini dan cukup signifikan. Karena dua ekonomi negara besar di kawasan ini bisa kerjasama ini supaya berintegrasi dan bermitra," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Jumat 7 September 2018.

Direktur Perundingan Bilateral Kemendag, Ni Made Ayu Marthini mengatakan,‎ melalui perjanjian kerja sama ini, Australia berkomitmen untuk memberikan tarif 0 persen kepada produk-produk Indonesia. Hal ini tentu akan mendorong ekspor Indonesia ke Negeri Kanguru tersebut.

"Ada sekitar kurang lebih 7.000 pos tarif (produk Indonesia) yang mendapatkan 0 persen. Kalau dari sana (produk Australia) hanya sekitar 90 persen. Tidak semuanya," kata dia.

Dia menjelaskan, produk-produk Indonesia yang mendapatkan bea masuk 0 persen antara lain produk otomotif seperti sepeda motor dan mobil hybrid dan listrik. 

Kemudian, tekstil produk tekstil seperti pakaian, t-shirt, celana dan jersey. Produk-produk tersebut mendapatkan tarif bea masuk 0 persen dari sebelumnya 5 persen. Hal ini membuat produk-produk tekstil Indonesia mampu berkompetisi dengan Malaysia, Thailand, Vietnam yang sebelumnya sudah mendapatkan pembebasan tarif.

Selain itu, produk herbisida dan pestisida yang juga mendapatkan tarif 0 persen dari sebelumnya lima persen. Produk lain yaitu peralatan elektronik, permesinan, karet dan turunannya, kayu dan turunannya, kopi, coklat, serta kertas yang sudah mendapatkan bea masuk 0 persen dapat lebih ditingkatkan ekspornya melalui konsep Economic Powerhouse.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya